SOLOPOS.COM - Ilustrasi inflasi atau deflasi. (wilsonrevunplugged.blogspot.com)

Penetapan HET dorong penurunan inflasi.

Harianjogja.com, JOGJA— Penerapan harga eceran tertinggi (HET) pada beberapa komoditas diklaim berhasil menekan angka inflasi di Indonesia. Inflasi yang terjaga akan membuat arus investasi semakin bergerak.

Promosi Nusantara Open 2023: Diinisiasi Prabowo, STY Hadir dan Hadiah yang Fantastis

Deputi Bidang Ekonomi Makro Kementerian Perekonomian RI, Iskandar Simorangkir mengatakan, inflasi Indonesia sejak 2015 semakin menurun mencapai angka 3%. Dengan harga bahan pangan yang semakin terkendali, Bank Indonesia memprediksi inflasi pada 2017 bisa mencapai kisaran 3,2%. Sementara posisi inflasi pada Oktober 2017 adalah  3,58% (year on year /yoy).

“Kalau bisa mengendalikan [harga] makanan itu, kita bisa kendalikan inflasi. Pemerintah sepakat mengendalikan harga pangan
empat sampai lima persen dengan menetapkan HET untuk mengontrol pergerakan harga akibat faktor spekulasi, bukan faktor demand yang naik. HET itu ya harga rasional,” katanya dalam Pelatihan Wartawan Daerah Bank Indonesia 2017 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin (20/11/2017).

Penerapan HET sudah dilakukan pada beberapa harga pangan. HET beras medium ditetapkan Rp9.450 per kilogram (kg), beras premium Rp12.800 per kg, gula pasir Rp12.500 per kg, dan minyak goreng kemasan sederhana Rp11.000 per kg. .

Iskandar mengatakan, tingkat inflasi yang stabil tidak hanya berpotensi menaikkan daya beli masyarakat tetapi juga ikut
menggerakkan sektor investasi negara. Tahun sebelumnya, investasi masuk peringkat lima sebagai faktor penghambat investasi, tetapi tahun ini semakin menurun pada posisi 10. Sementara posisi pertama penghambat investasi di Indonesia adalah korupsi.

Kondisi inflasi pada 2017 ini menurutnya berbeda dengan kondisi pada krisis 1966 yang mencapai inflasi sampai 638%. Situasi ekonomi yang sedang tidak stabil karena terjadi peningkatan harga-harga yang signifikan pada saat itu, serta ditambah pemberitaan dari media massa yang gencar tentang krisis, telah membuat masyarakat khawatir dan akhirnya berbondong-bondong membeli barang sebelum harganya semakin melambung. Saat semakin banyak permintaan barang, harganya pun
meningkat tajam.

Dosen Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Lana Soelistyoningsih mengakui, dari sisi harga, pemerintah telah berhasil mengontrol inflasi melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Dalam kondisi inflasi yang terjaga, seharusnya diikuti daya beli masyarakat yang meningkat. Namun yang terjadi saat ini perdagangan seakan tidak bergerak cepat.

Beberapa hal yang mempengaruhi perlambatan daya beli adalah adanya kelas menengah yang lebih banyak menabung daripada membelanjakan uangnya. “Selain itu adanya migrasi dari landing house ke apartemen sehingga belanja yang dibutuhkan tidak besar,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya