SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI)

Solopos.com, JAKARTA – China telah menangkap 24 pejabat keuangan yang terbukti melakukan korupsi sebagai tindakan keras terhadap pelaku rasuah pada sistem keuangan negara bernilai US$54 triliun pada saat gejolak di pasar properti.

Dilansir Bisnis dari Bloomberg pada Selasa (4/1/2022), Komisi Pusat Inspeksi Disiplin (CCDI) mengumumkan sebanyak 24 pejabat keuangan telah diperiksa dan dijatuhi hukuman sejak 12 Oktober. Namun, belum ada hasil akhir yang dapat dipublikasikan.

Promosi Selamat! 3 Agen BRILink Berprestasi Ini Dapat Hadiah Mobil dari BRI

Pejabat yang ditangkap itu termasuk yang pernah bekerja di Bank Rakyat China (PBOC), Komisi Pengaturan Efek China, bank BUMN seperti Industrial & Commercial Bank of China Ltd.

Pada Selasa, Mou Shangang, seorang mantan pejabat PBOC dan Zhang Huayu, mantan Wakil Presiden China Everbright Bank Co., diperiksa atas dugaan pelanggaran serius terhadap disiplin partai dan hukum negara.

Baca Juga: Angka Harian Covid-19 di AS Capai 1 Juta Kasus, Omicron Melonjak

Presiden China Xi Jinping telah menekankan kampanye antikorupsi, terutama pada penindakan hukum setelah hampir satu dekade memimpin.

Xi semakin memperkuat cengkeramannya selagi sedang mempersiapkan kongres Partai Komunis yang dilakukan dua kali dalam satu dekade pada akhir tahun ini. Xi diperkirakan akan melanjutkan masa jabatan ketiga yang melanggar preseden.

Ini Sebabnya Lebih dari 1,5 juta pejabat pemerintah telah dihukum dalam kampanye antikorupsi Xi selama bertahun-tahun, termasuk eksekusi mati bagi Lai Xiaomin, mantan Chairman Huarong, dan hukuman penjara seumur hidup terhadap Hu Huaibang, mantan ketua bank kebijakan terbesar di negara itu.

Baca Juga: Negara Kacau, Presiden Kazakhstan Umumkan Keadaan Darurat Dua Pekan

Keringanan Pajak

Di sisi lain, China telah memperpanjang program keringanan pajak penghasilan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Dewan Negara menyatakan pada Rabu (29/12/2021) pajak preferensial pada bonus akhir tahun tetap berlaku hingga akhir 2023.

Pemerintah China akan melanjutkan pemberlakukan pajak yang lebih murah atas insentif ekuitas hingga 2022 dan pembebasan pajak bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Dengan demikian, pajak pendapatan individu tahunan bakal berkurang hingga 110 miliar yuan (US$17,3 miliar).

Adapun untuk masyarakat berpenghasilan tinggi dengan bonus akhir tahun hingga 500.000 yuan, perpanjangan potongan pajak untuk bonus dapat membantu menghemat sekitar 77.000 yuan, menurut perhitungan Bloomberg. Pengumuman ini dilakukan tidak lama sebelum tahun baru China yang menjadi musim belanja tersibuk.

Baca Juga: 5 Negara Sepakati Perjanjian Antinuklir, Indonesia Didorong Bersuara

Seiring dengan upaya pemulihan perlambatan yang disebabkan oleh kemerosotan properti yang memburuk, konsumsi yang lemah, dan penyebaran virus, kebijakan ini dapat mendorong pertumbuhan penjualan ritel.

“Perekonomian China masih perlu dukungan kebijakan dan pemangkasan pajak adalah stimulus yang penting,” ungkap anggota Chinese Tax Institute Jiao Ruijin dilansir Bloomberg.

Keringanan pajak kali ini juga akan meningkatkan moral dari pekerja tingkat tinggi setelah pemerintah mendorong pertumbuhan perusahaan teknologi mengingat bahwa kelompok yang mendapat bonus akhir tahun yang besar biasanya adalah orang-orang yang menguasai teknologi inti.

China saat ini memungut pajak atas gaji secara progresif melalui tujuh lapisan dari 3 persen – 45 persen dan memungut pajak atas pendapatan lain seperti royalti dan dividen dengan tarif yang berbeda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya