SOLOPOS.COM - Ilustrasi/dok

Solopos.com, SOLO—Pemerintah akan mengundang 20.000 mahasiswa perguruan tinggi untuk bergabung dalam program Kampus Mengajar 2021. Mereka akan diterjunkan ke daerah tertinggal, terdepan, dan terluar di Indonesia (3T).

Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Dirjen Pendidikan Tinggi pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Aris Junaidi mengatakan program ini merupakan lanjutan Kampus Mengajar Perintis yang diluncurkan 2020 untuk menanggulangi masalah pendidikan/pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat pandemi Covid-19.

Promosi Apresiasi dan Berdayakan AgenBRILink, BRI Bagikan Hadiah Mobil serta Emas

“Akhir 2020 kami bikin terobosan dengan program Kampus Mengajar Perintis. Mahasiswa membantu mengajar anak-anak [yang tidak dapat mengikuti PJJ karena keterbatasan-keterbatasan] di daerah 3T yang sekolahnya masih terakreditasi C dan gurunya masih lemah dalam penguasaan TI [teknologi informasi]. Saat itu [2020] baru diikuti 2.300 mahasiswa dan ternyata responsya bagus. Kedatangan mereka [mahasiswa] diperlukan di dalam melakukan sentuhan kepada anak dan berkolaborasi dengan guru di sana,” ujarnya kepada wartawan dalam diskusi virtual Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) yang diselenggarakan Gerakan Jurnalis Peduli Pendidikan (GJPP), Kamis (28/1/2021).

Baca Juga: OJK Beri Lampu Hijau Penggabungan 3 Bank Syariah Himbara

Menurut Aris, pada 2021 program tersebut akan dilanjutkan lebih masif dengan melibatkan 20.000 mahasiswa. “Secara resmi segera kami umumkan,” imbuhnya.

Ia menambahkan bahwa program ini akan berlangsung selama satu semester. Di daerah 3T yang sudah ditentukan, mahasiswa peserta akan membantu para guru memberikan pembelajaran tatap muka (PTM) dengan penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

Dalam kegiatan ini mahasiswa peserta akan mendapatkan beberapa fasilitas yang didanai Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), antara lain biaya transportasi dan biaya hidup selama menjalankan pengabdian.

Baca Juga: Solopos Hari Ini: Tempe-Tahu Kian Mahal

Dibebaskan dari Beban Kuliah

Selain itu, mahasiswa peserta juga dibebaskan dari beban uang kuliah tunggal (UKT) dan kegiatan mereka dapat dikonversikan dengan 20 satuan kredit semester (SKS).

Sementara itu, salah satu mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Dhiya Restu Putra mengatakan program tersebut sangat menarik dan penuh tantangan sehingga ia pun ingin bergabung. Namun, rentang waktu kegiatan satu semester baginya terlalu lama, karena ia memiliki beberapa tanggungan.

“Saya kira ini sangat menarik. Tapi mungkin saya harus memikirkan beberapa dulu hal sebelum memutuskan. Sebab kegiatan ini lama dan saya di sini juga mengelola rumah belajar bagi anak-anak sekolah di kampung saya bersama mahasiswa lainnya. Kalau saya tinggal lama-lama, khawatirnya yang di sini malah akan terbengkalai,” ujar mahasiswa asal Wonogiri ini, Senin (1/2/2021).

Baca Juga: Epidemiolog Dorong PSBB Murni, Begini Respons Satgas Covid-19

Dosen Psikologi Fakultas Kedokteran (FK) UNS Solo, Fadjri Kirana Anggarani mengatakan program ini sangat positif karena akan memberikan tantangan baru kepada mahasiswa. Selain itu, peserta akan mendapatkan pengalaman lapangan yang bagus di daerah penempatan.

“Mahasiswa saat ini dituntut tidak hanya memiliki hard skills tetapi soft skills. Nah melalui program ini mereka akan mendapat dan mengasah soft skills mereka di lokasi penempatan,” ujarnya. Soft skills tersebut di antaranya keterampilan berkomunikasi, keterampilan menyelesaikan masalah, kreativitas, dan sebagainya.

Ia berharap mahasiswa peserta kegiatan ini tidak akan terpengaruh motivasi belajarnya saat kembali lagi ke kampus nantinya, mengingat program ini berlangsung cukup lama. “Kami harapkan kegiatan satu semester di luar kampus ini justru akan menambah motivasi mahasiswa untuk belajar sekaligus menambah semangat membangun negeri,” imbuhnya.

Baca Juga: Murah Dan Akurat, Ini Fakta GeNose Alat Deteksi Covid-19 Buatan UGM

Salah satu guru di SD daerah terpencil di Papua, Agra Rineksa mengatakan program Kampus Mengajar ini sangat diharapkan sekolah sekolah di daerah 3T untuk membantu tugas-tugas guru khususnya di masa pandemi Covid-19.

“Kami sangat bersukur kalau program ini bisa menjangkau tempat kami. Sebab di sini kami sangat memerlukan tambahan tenaga guru untuk menjangkau siswa yang belajar di rumah dalam masa pandemi Covid-19. Di sini ada 12-15 guru yang mengampu 200 siswa,” ujar guru di SD Impres Kago Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua ini kepada Solopos.com melalui sambungan telepon.

Ia menambahkan, mahasiswa tidak perlu khawatir dengan teknik mengajar karena mereka bisa mengawali dengan membantu mengajar baca tulis berhitung (calistung) kepada siswa.

Baca Juga: Akui Masih Ada Kelompok Anti-TNI, Ini Pesan Danrem Warastratama Solo Untuk Para Prajurit

Kepala SMAN 11 Pulau Taliabu, Kabupaten Pulau Taliabu, Provinsi Maluku Utara, Sarfin Saidi juga sangat mengharapkan program Kampus Mengajar. Menurutnya, meskipun pada masa pandemi Covid-19 ini daerahnya termasuk zona hijau dan pembelajarannya tatap muka, namun kehadiran tenaga pengajar tetap dibutuhkan.

“Di sini kami ada 2 guru ASN, 6 guru honorer provinsi, dan 5 guru honorer sekolah yang dibayar oleh sekolah kalau mereka datang mengajar. Sehingga kalau ada program Kampus Mengajar ini kami sangat terbantu dalam pembelajaran kepada siswa,” ujarnya.

Menurutnya, mahasiswa bisa diberdayakan untuk pendampingan ekstrakurikuler, pelajaran seni, olah raga, dan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya