SOLOPOS.COM - Khaerul Anwar (Solopos/Istimewa)

Tanggal 1 Oktober 2021, Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) merilis Top 1.000 Sekolah dengan nilai ujian tulis berbasis komputer (UTBK) tertinggi tahun 2021 pada website lembaga tersebut. Kriteria sekolah yang dilibatkan dalam pengukuruan ini adalah sekolah dengan jumlah siswanya mengikuti UTBK minimal 20 siswa.

Jumlah SLTA (SMA/SMK/MA/Paket C) yang mengikuti UTBK tahun 2021 sejumlah 23.110 sekolah atau naik 1.808 sekolah dari tahun 2020 yang berjumlah 21.302 sekolah. Pemeringkatan hasil UTBK ini menjadi menarik dan penting, karena sebagaian besar pengamat dan praktisi pendidikan memandang, tes seleksi masuk perguruan tinggi sebagai tes dengan tingkat objektivitas paling baik.

Promosi Moncernya Industri Gaming, Indonesia Juara Asia dan Libas Kejuaraan Dunia

Dengan demikian Top 1.000 Sekolah dengan nilai UTBK tertinggi dapat menjadi salah satu versi pemeringkatan sekolah. Tentu nanti akan menjadi menarik apabila hasil ini disandingkan dengan hasil Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) yang baru saja dilaksanakan tanggal 27 sampai dengan 30 September 2021.

Perbedaan paling mencolok pada dua tes ini adalah pada peserta tes. Pada UTBK peserta tes umumnya didominasi oleh anak–anak dengan kemampuan akademis baik, sedang peserta ANBK adalah melalui sampling random dari data siswa yang ada di Data Pokok Pendidikan (Dapodik).

Ada beberapa catatan menarik dan penting dari rilis Top 1.000 Sekolah tahun 2021 ini. Provinsi Jawa Tengah, Jawa Baarat, dan Jawa Timur tetap sebagai sekolah yang paling mendominasi. Meski demikian kinerja SMA/SMK/MA di Provinsi Jawa Tengah lebih progresif, karena berhasil meningkatkan jumlah sekolah dari 187 pada tahun 2020 menjadi 211 sekolah pada tahun 2021 atau ada tambahan 24 sekolah.

Provinsi Jawa Barat sebagai runner up menempatkan 169 sekolah atau turun 13 sekolah dari tahun 2020 dengan jumlah 182. Demikian pula provinsi Jawa Timur yang menampatkan 162 sekolah pada tahun ini atau berarti naik 11 sekolah dari tahun 2020 yang berjumlah 151.

Dari 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, semua menempatkan sekolahnya pada peringkat 1.000 tesebut. Ini berbeda dengan Jawa Timur yang masih menyisakan dua kabupaten yang tidak menempatkan satu wakil pun, yakni Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang. Sedang di Provinsi Jawa Batat, Kabupaten Pengandaran sebagai kabupaten yang tidak menempatkan satu sekolah pun pada peringkat 1.000 top sekolah ini.

Catatan menggembirakan lain adalah peningkatan rangking sekolah dibanding tahun 2020. Dari 211 sekolah Jawa Tengah yang masuk top 1.000 sekolah, hanya 31 sekolah yang turun rangking. Selebihnya, yakni 180 sekolah naik .

Provinsi ini juga mencatatkan sekolah-sekolah dengan kenaikan fantastis. SMA Islam Al Azhar Solo Baru sebagai sekolah dengan kenaikan paling fantastis, yakni naik 403 tingkat, disusul SMAN 6 Solo dengan kenaikan 363 tingkat, SMKN 1 Wonogiri naik 357 tingkat, SMAN 1 Dukun Kabupaten Magelang naik 328 tingkat, SMAN 1 Kejobong Kabupten Purbalingga naik 316 tingkat, SMAN 1 Tayu Kabupaten Pati naik 279 tingkat, SMAN 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga naik 267 tingkat, SMAN 1 Rowokele Kabupaten Kebumen naik 259 tingkat dan SMAN 4 Magelang naik 258 tingkat .

Di peringkat 100 terbaik pun SMA di Jawa Tengah bertambah. Jika pada UTBK 2020 provinsi ini hanya menempatkan 10 sekolah maka pada UTBK 2021 provinsi ini menempatkan 13 sekolah dengan tambahan SMAN 3 Solo, SMAN 4 Solo, dan SMAN 1 Muntilan.

Dari data-data di atas menunjukkan bahwa pendidikan di Jawa Tengah khususnya di level pendidikan tingkat menengah atas SMA/SMK/MA terus bergeliat dalam membangun sekolah yang berkualitas. Sekolah-sekolah dengan kenaikan fantastis rata rata ditopang oleh team work sekolah yang solid dan kepemimpinan kepala sekolah yang kuat.

Salah satu catatan lain yang layak untuk mendapatkan perhatian adalah fakor pemerataan kualitas pendidikan. Kalau kita lihat pada data dari LTMPT tersebut, meskipun semua kabupaten/kota menempatkan wakilnya di Top 1.000 Sekolah ini, tetapi perbedaan jumlah masih cukup lebar.

Kabupaten dan kota dengan akar pendidikan kuat masih mendominasi. Kota Semarang menempatkan 18 sekolah, disusul Kabupaten Kebumen dengan 14 sekolah, Kota Solo dengan 13 sekolah, Kabupaten Banyumas dengan 12 sekolah, Kabupaten Sukoharjo dengan 11 sekolah, dan Kabupaten Magelang dengan 10 sekolah.

Kabupaten Kebumen perlu mendapatkan catatan khusus. Kabupaten ini pada tahun 2020 hanya menempatkan sembilan sekolah, pada tahun 2021 ini menambah lima sekolah baru. Bahkan beberapa sekolah tergolong sekolah pinggiran seperti SMAN 1 Rowokele (peringkat ke-742), SMAN 1 Klirong (peringkat ke-877), dan SMAN 1 Prembun (peringkat ke-921).

Sedang Kabupaten dengan jumlah paling sedikit mengirimkan wakilnya adalah Kabupaten Demak dan Kabupaten Grobogan dengan satu sekolah. Kondisi ini sama dengan pencapaian tahun 2020.  Kabupaten Batang, Kota Tegal, dan Kabupaten Rembang dengan dua sekolah. Dibanding dengan tahun 2020 Kabupaten Batang menambah satu sekolah. Kabupaten Brebes, Kendal dan Banjarnegara dengan tiga sekolah. Dibanding tahun 2020, Kabuaten Brebes menambah satu sekolah dan Kabupaten Banjarnegara menambah dua sekolah.

Apabila kita membagi secara kewilayahan dengan basis eks karesidenan, maka wilayah eks Karsidenan Surakarta sebagai wilayah dengan tingkat pemerataan mutu pendidikan paling baik. Pada wilayah ini Kota Solo dengan 13 sekolah, Kabupaten Sukoharjo dengan 11 sekolah, Kabupaten Klaten dengan sembilan sekolah, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Wonogiri dengan enam sekolah, Kabupaten Boyolali dan Sragen dengan lima sekolah. Sedang wilayah eks Karsidenan Semarang perlu perhatian khusus, mengingat cukup tingginya perbedaan jumlah sekolah antarkabupaten.

Wilayah eks Karsidenan Banyumas sebagai wilayah yang paling bergeliat. Hal ini bisa diihat dari tambahan sekolah yang masuk Top 1.000 Sekolah. Semua kabupaten di wilayah ini menambah jumlah sekolah dalam Top 1.000 Sekolah. Kabupaten Purbalingga dan Cilacap bertambah tiga sekolah baru, sedang Kabupaten Banjarnegara dan Banyumas bertambah dua sekolah baru.

Menghindari Tahun Politik Identitas

Dari masih bertahannya sekolah–sekolah yang sejak lama memiliki track record atau rekam jejak prestasi yang baik, menunjukkan bahwa pola rekrutmen peserta didik dengan model zonasi yang telah dilaksanakan sejak penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahu 2017 di Provinsi Jawa Tengah tidak banyak berpengaruh.

Bayang–bayang yang selama ini muncul bahwa dengan zonasi menjadikan kualitas input menurun yang berdampak pada kualitas output pada sekolah sekolah favorit tidak terlihat. Ini artinya budaya sekolah pada sekolah-sekolah dengan rekam jejak prestasi yang baik mampu membawa peserta didik untuk tetap berprestasi.

Dampak positif ini terlihat juga pada sekolah-sekolah pinggiran. Dalam dua tahun terakhir ini, muncul banyak juara kompetisi sains dari sekolah–sekolah yang dulu hampir–hampir tak pernah bermimpi meraih prestasi juara sains. Demikian halnya munculnya sekolah–sekolah pinggiran dalam Top 1.000 Sekolah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya