SOLOPOS.COM - Akun Facebook Angesti Sistiani (Istimewa/Facebook)

Pembunuhan Sukabumi dengan korban Angesti Sistiani telah terungkap. Salah satunya dari sikap aneh si pelaku.

Solopos.com, SUKABUMI — Tersangka pembunuh Angesti Sistiani (sebelumnya ditulis Sistiana) di Sukabumi, Dadang Darmawan alias Ali, 21, semula tak menunjukkan ekspresi bersalah. Bahkan, dia berpura-pura tak tahu hingga berlagak panik di depan keluarga gadis asal Boyolali itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pelaku sempat pura-pura panik ketika nenek korban Sukimah, 54, terkejut mendapati cucunya tewas dengan kondisi mengenaskan sekitar pukul 15.00 WIB. Pelaku kemudian memegang nenek korban dan ikut menenangkan.

“Polisi saat itu sudah di Tempat Kejadian Perkara (TKP), melakukan evakuasi terhadap jasad korban dan membawanya ke rumah sakit. Kecurigaan kita sudah muncul sejak awal, pelaku pasti orang dekat korban. Makanya dia (pelaku) kita bawa bersama sejumlah saksi lain termasuk teman-teman korban,” kata Kasatreskrim Polres Sukabumi Kota AKP Joni Surya Nugraha, Senin (13/6/2016) pagi, dikutip Solopos.com dari Detik.

Menurut Joni, melalui serangkaian penyidikan akhirnya pelaku mengakui perbuatannya. Sebelum melakukan perbuatannya dia sempat menenggak beberapa butir obat tramadol.

“Entah buat apa dia nenggak obat itu yang pasti seusai melakukan perbuatannya sekira pukul 05.15 WIB kemarin itu dia terlihat tenang dan tidak berusaha melarikan diri. Bahkan sempat ikut nenangin nenek korban,” lanjut Joni.

Korban dibunuh oleh pelaku karena menolak diajak berhubungan intim. Dalam keadaan tak sadarkan diri korban sempat dicabuli pelaku, namun korban masih berteriak. Panik dengan teriakan korban pelaku lalu kembali memukuli korban dan mencekik lehernya hingga akhirnya tewas. “Luka memang kebanyakan di leher sesuai hasil pemeriksaan dokter forensik, itu yang mengakhiri nyawa korban,” tandas Joni.

Keluarga Dadang mengakui ada yang tidak wajar dengan pemuda itu. Kakak tiri tersangka yang berinisial JU, 43, mengungkapkan bahwa Dadang pernah mengalami stres. “Dia bahkan sempat kesurupan sepekan sebelum kejadian saat itu dia melakukan tindakan yang aneh-aneh. Kita pernah minta dia buat pulang ke kampung halamannya di Kuningan tapi dia menolak,” tutur JU, Senin.

Stres yang dialami Dadang menurut JU karena banyak keinginan namun tak ada satupun yang terpenuhi. Di keluarga, Dadang adalah anak ke 4 dari 9 bersaudara. Sang ayah menikah lagi dari ibu tirinya mempunyai 4 orang adik. “Lahir di keluarga besar banyak keinginan tapi dia pendam, itu yang mungkin membuat dia itu stres,” sambung JU.

Selain itu Dadang diketahui memiliki seorang guru spiritual. Bahkan, kedatangan Dadang untuk membuka warung bubur di Sukabumi sempat mendapat peringatan dari guru spiritualnya itu. Baca juga: Inilah Status Terakhir Angesti Sistiana, Gadis Boyolali yang Dibunuh karena Emoh Dicabuli.

“Dia itu memang bandel, kita berkali-kali melarang dia balik lagi ke Sukabumi bahkan gurunya sudah tegas memperingatkan kalau tetap nekat ke Sukabumi bakalan terjadi sesuatu, eh malah tetap gak dia dengar akhirnya kan kejadian,” sambung JU.

Keluarga mengetahui Dadang telah melakukan pembunuhan dari berita di media massa. Selain itu foto Dadang beredar melalui media sosial disebut sebagai pelaku pembunuhan. “Keluarga sempat enggak percaya, tapi setelah melihat berita dan media sosial akhirnya kami pasrah,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya