SOLOPOS.COM - Tersangka Nanang Harjantoro (JIBI/SOLOPOS/Kurniawan)

Tersangka Nanang Harjantoro (JIBI/SOLOPOS/Kurniawan)

KARANGANYAR — Seperti saat gelar kasus Sabtu (22/12/2012), rambut Nanang Harjantoro, 20, tersangka pembunuh sahabatnya sendiri, Ari Munadi, 20, terlihat klimis dan tertata rapi saat Solopos.com menyambanginya di Mapolres Karanganyar, Rabu (26/12/2012) siang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mengenakan sendal jepit, celana kolor abu-abu dan kaus warna merah dengan lambang dan tulisan Persis, klub sepakbola asal Solo, Nanang tampak bugar. Kepada Espos dia menguraikan hubungannya selama ini dengan Ari Munadi dan A, perempuan pemicu pembunuhan sadis November lalu.

Perkenalan Nanang dengan A terjadi tidak sengaja bulan Februari 2012. Ketika itu Nanang mendapat tugas berjaga di stan pameran tempatnya bekerja dalam acara Sekaten Keraton Kasunanan Surakarta. Begitu juga A yang berjaga di stan paneran tempatnya bekerja. Kebetulan lokasi stan Nanang cukup dekat dengan stan yang dijaga A. Sehingga mereka pun saling berkenalan serta bertukar nomor telepon seluler (ponsel).

Ekspedisi Mudik 2024

Menurut Nanang, A mempunyai rambut panjang, postur badan tinggi dan kulit bersih. Sejak itu Nanang beberapa kali bertemu dengan A untuk pesta minuman keras (miras) bersama teman-teman. Baru pada Maret 2012 Nanang berkenalan dengan Ari Munadi di Solo Square. Saat itu Ari bekerja di gerai atau tenant donat J-Co di Solo Square, sedangkan Nanang bekerja di sebuah gerai dengan produk aneka jenis asesoris.

“Setelah itu kami (Nanang, Ari Munadi dan A) kerap berkumpul bersama teman-teman sambil minum miras bareng. Ari kenal A saat itu. Kami biasa minum miras di mess tempat kerja,” akunya.

Nanang bekerja di Solo Square tidak lama. Beberapa bulan terakhir dia pindah ke Solo Paragon. Begitu juga Ari Munadi yang pindah kerja ke Solo Grand Mall (SGM) Jl Slamet Riyadi. Pada hari kejadian, Nanang berangkat kerja mengendarai sepeda motor pukul 08.00 WIB dari Desa Salam, Karangpandan, Karanganyar. Dia tiba di tempat kerja sekitar pukul 09.00 WIB. Nanang bertemu dengan Ari selepas kerja, sekitar pukul 21.00 WIB. Saat itu mereka bertemu di depan SGM. Di sana mereka sempat minum miras jenis ciu sebanyak 600 mililiter (botol kecil) yang menurut Nanang dibawa Ari Munadi.

Setelah itu mereka bergeser ke Alun-alun Keraton Kasunanan Surakarta. Di sana mereka kembali melanjutkan aksi minum miras kendati tidak lama.

“Setelah itu saya mau pulang, tapi Ari bilang ingin ikut, ingin main ke Tawangmangu. Akhirnya kami berangkat ke Tawangmangu. Dalam perjalanan kami berhenti untuk minum (miras) lagi di Alun-alun Karanganyar sampai bawaan (miras) habis. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju Tawangmangu.  Tapi karena persediaan (miras) habis kami sempat berhenti sebentar beli ciu di Karangpandan. Setelah itu kami minum-minum di Tawangmangu. Setelah itu baru kami pulang ke rumah (Karangpandan),” urainya.

Tapi sesampai di rumah Nanang, Ari kembali mengajak menenggak ciu. Ajakan tersebut diterima Nanang. Setelah memasukkan sepeda motor ke rumah, Nanang mengajak Ari ke persawahan belakang rumah yang sedang dalam proses pembangunan. Rumah tersebut relatif jauh dari rumah-rumah warga kendati berada di pinggir Jl Lawu. Menurut Nanang lokasi tersebut merupakan tempat favorit atau basecamp teman-temannya minum miras. Di lokasi tersebut perbincangan Nanang dan Ari mengarah kepada sosok A yang sama-sama mereka kenal. Menurut Nanang, mulanya Ari membuka perbincangan dengan menanyakan hubungan A dengan Nanang.

“Ari tanya-tanya soal A kepada saya; Nang, A kae jane “yang” mu dudu to ? Nek dudu kok sikape A koyo ngono neng kowe. A seneng mbek kowe, nek kowe seneng yo dipacari tenanan, nek ora seneng yo ojo digantungke. Saya jawab alah gur cewek we, nggo seneng-seneng tok wae. Selama ini A memang cuma teman minum-minum saja. Saya tidak cinta dia,” urai Nanang yang mengaku sudah mempunyai pacara yang juga berinisial A asal Pekalongan. Namun menurut Nanang saat itu Ari seolah tidak puas dengan jawabannya.

“Setelah itu Ari menepuk-nepuk pundak saya dan mendorong-dorong saya dari arah depan. Secara spontan saya buang (tangkis) tangannya, setelah itu dia malah memukul pipi saya. Setelah itu kami berkelahi cukup lama sampai akhirnya dia saya cekik hingga pingsan. Saat itu saya ketakutan sekali dan bingung lalu pulang ke rumah. Tapi saya kembali lagi sambil membawa pisau lalu saya tusukkan dua kali ke perut Aril. Saat saya tusuk perutnya Ari masih dalam kondisi tidak sadarkan diri,” imbuhnya.

Kepada Solopos.com Nanang mengaku sangat menyesali perbuatannya. Dia mengaku tidak pernah berpikir atau merencanakan pembunuhan terhadap sahabat karibnya itu. Apalagi selama ini hubungan mereka sangat dekat. Beberapa kali Ari tidur di rumah Nanang.

”Saya minta maaf sekali kepada keluarga Ari, saya sangat menyesal,” ungkap dia. Perihal hubungannya dengan A, Nanang mengaku tidak ada yang spesial dari sebatas pertemanan.

Menurut dia sudah empat bulan ini Nanang tidak berkomunikasi maupun bertemu dengan A yang dikenalnya sebagai warga Semanggi, Pasar Kliwon. Nanang merasa sahabatnya, Ari Munadi, menyukai A. Selain meminta maaf kepada keluarga Ari, Nanang meminta maaf kepada ibundanya yang baru sekali menjenguknya selama dalam tahanan.

“Ibu baru sekali menjenguk saya, bapak belum pernah. Ibu tidak memarahi saya, dia hanya banyak menangis saat melihat saya di tahanan. Nanang minta maaf buk,” ungkapnya mengakhiri pembicaraan sembari sesenggukan tak mampu menahan air mata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya