SOLOPOS.COM - Proses pemakaman Ari Munadi, Kamis (27/12/2012). (Asiska Riviyastuti)

Proses pemakaman Ari Munadi, Kamis (27/12/2012). (Asiska Riviyastuti)

SUKOHARJO — Air mata Samiyem seolah tak mau berhenti. Sejak Rabu, tak henti-hentinya ia menangisi kepergian anak bungsunya, Ari Munadi, 20. Bahkan ibu tiga anak ini sempat jatuh pingsan. Oleh karena itu, dia tak ikut mengantarkan sang buah hati ke peristirahaan terakhirnya, Kamis (27/12/2012). Samiyem tetap berada di rumahnya ditemani sanak saudara. Samiyem terlihat lemas dan tak berdaya. Dia hanya bisa menangis dan meratapi kepergian anaknya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Jenazah Ari tiba dirumah duka di Plumbon RT 006/RW 002 Siwal, Baki, sekitar pukul 13.35 WIB. Jenazah Ari tiba diantar menggunakan monil ambulans milik Polres Karanganyar. Setibanya di rumah duka, jenazah Ari didoakan sebentar lalu dibawa ke masjid untuk disalatkan. Puluhan keluarga, teman dan tetangga ikut menyalatkan jenazah Ari. Selesai disalatkan, jenazah langsung dibawa ke tempat pemakaman umum di desa setempat.

Ekspedisi Mudik 2024

Puluhan keluarga, kerabat dan tetangga mengiringi jenazah Ari sampai ke peristirahatannya yang terakhir. Pemakaman Ari diikuti isak tangis dari keluarga dan kerabat. Salah satunya adalah Anjas, 31. Anjas mengaku sudah menganggap Ari seperti adiknya sendiri dan merasa berat untuk melepas kepergiannya.

“Ari itu sudah saya anggap seperti adik saya. Kami sangat dekat, setiap hari kami bertemu. Dia itu anaknya baik. Saya masih tidak percaya Ari pergi secepat ini. Saya merasa sangat kehilangan,” ungkap Anjas kepada Solopos.com di tempat pemakaman, Kamis.

Perasaan yang sama juga ditunjukkan sang kakak, Ariyanto. Mata Ariyanto terlihat sembab dan hidungnya merah. Selama prosesi pemakaman, Ariyanto tampak tegar. Namun begitu prosesi pemakaman selesai dan pelayat mulai meninggalkan makam, Ariyanto tampak berat untuk beranjak. Sebelum akhirnya pergi, Ariyanto menepuk-nepuk makam sang adik, seolah ingin mengatakan sesuatu. Ketika berjalan pergi, beberapa kali Ariyanto menoleh ke pusara terakhir si bungsu. Diperjalanan tak henti dia mengusap air mata yang tak bisa lagi ia bendung.

Begitu pemakaman selesai, hujan langsung mengguyur.

“Dari tadi saya berdoa supaya hujan turun setelah Ari dimakamkan. Ternyata doa saya didengar Tuhan. Soalnya kasihan kalau saat pemakaman turun hujan,” tutur Anjas.

Sementara itu, sang ayah, Sunardi, 51, tampak tegar mengiringi kepergian sang anak. “Saya lega akhirnya anak saya bisa dimakamkan. Kami memang ingin segera memakamkan dia [Ari] karena meninggalnya sudah lama,” kata Sunardi.

Menurut Sunardi, pihaknya meminta pihak kepolisian untuk segera memulangkan jenazah Ari supaya bisa segera dikebumikan.

“Kami sudah menjalani tes DNA di Semarang beberapa hari yang lalu. Hasilnya belum keluar tapi kami menghendaki segera dibawa pulang dan dimakamkan. Baru hari ini diizinkan untuk dibawa pulang dan setelah tiba di rumah langsung dimakamkan,” tutur Sunardi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya