SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Madiunpos.com, SURABAYA — Kasus pembunuhan dan mutilasi mayat dalam koper dengan korban Budi Hartanto, 28, warga Kediri, Jawa Timur, terungkap berkat kerja keras aparat kepolisian. Dua pelaku telah tertangkap dan kini menjalani proses hukum untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.

Siapa sangka, pengungkapan kasus penemuan mayat tanpa kepala dalam koper di Blitar yang menggegerkan masyarakat tersebut berawal dari informasi yang disampaikan anak kecil di sekitar lokasi kejadian. Lokasi dimaksud yakni di warung kopi salah seorang pelaku Aris Sugianto, 34, di Jl. Surya, Desa Sambi RT 002/RW 002, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua tim penyidikan yang juga Kasubdit III Jatanras Polda Jatim AKBP Leonard Sinambela menceritakan awal mula titik terang pengungkapan kasus mayat dalam koper.

“Selepas Magrib itu ada informasi dari warga sekitar, awalnya anak kecil yang memberikan informasi [ada] yang agak mencurigakan di warung,” kata Leo kepada Detikcom di Mapolda Jatim Jl. Ahmad Yani Surabaya, Selasa (23/4/2019).

Leo, panggilan akrab Leonard Sinambela, pun langsung terjun ke lokasi yang dimaksud anak kecil tersebut. Namun sayang, warung itu sudah tutup dan tak ada orang satu pun.

“Di belakangnya [warung] ada rumah, kemudian ditanyakan ke pemilik rumah, ada ibu-ibu yang menceritakan pada malam libur Maulid, dia bercerita tengah malam jam 11-an ada orang teriak minta tolong, gaduh di depan. Ini semakin meyakinkan kita,” papar Leo.

Tak Tidur Berhari-Hari

Lalu, Leo pun mendapat informasi jika warung tersebut disewakan. Dia lantas mencari pemilik warung dan akhirnya mengantongi satu nama yang menyewa warung tersebut yakni Aris Sugianto. 

Leo menyebutkan anggota timnya tidak tidur selama beberapa hari demi mengungkap kasus pembunuhan mayat dalam koper itu.

“Kasus mutilasi yang awalnya tanpa identitas biasanya pasti kasus yang tidak mudah. Kami dari kepolisian, paling pertama yang harus diungkap identitasnya. Karena dari itu kami mencari data,” kisah Leo.

Lalu, dari mana polisi bisa mendapatkan data korban? Leo mengatakan pihaknya memiliki sistem yang canggih, apalagi data masyarakat sudah terekam di database. Untuk itu, di hari pertama pihaknya sudah mengantongi identitas korban, yakni seorang guru honorer Budi Hartanto.

“Jika hari pertama sudah bisa diungkap siapa korbannya. Prinsipnya sudah 50% terungkap. Terus terang kalau sudah dapat identitasnya kita semakin semangat. Begitu dapat, kita datangi keluarganya, hari pertama seluruh orang-orang yang kita duga terakhir bertemu dengan korban kita temui, kita minta keterangan, sampai dengan 14 orang,” papar Leo.

Setelah mendapat beberapa keterangan keluarga dan teman, Leo mengaku penyelidikan ini awalnya terlihat mudah. Namun, ternyata tak semudah yang dia pikirkan. Pasalnya, baik teman hingga keluarga tak ada yang tahu kemana dan dengan siapa terakhir korban bertemu.

“Hari ketiga atau hari keempat itu buntu. Teman-temanya sudah kita tanyakan satu per satu, kemudian saya sama tim bagi tugas. Saya sisir kembali seluruh ruas jalan dari sanggar, kita minta bantu monitoring seluruh CCTV Kota Kediri, kemana saja, kita selidiki ke sana sambil kita penyelidikan manual, sekitar hari kelima kita mendapatkan titik terang di mana wilayah yang dikunjungi,” lanjutnya.

Penyimpangan Seksual

Akhirnya, Leo pun memfokuskan pencarian di dua wilayah tersebut. Dia menetapkan batasan-batasan pencarian.

“Penyelidikannya kepada orang yang dimungkinkan kenal dengan korban yang memiliki karakteristik penyimpangan seksual, yang berhubungan sejenis. Di dua lokasi itu kita terus dalami, beberapa hari. Titik terang itu misal di kebun-kebun tiap hari menyelidik di situ,” lanjutnya.

Di hari ke-9, muncullah nama pelaku Aris Sugianto yang ternyata kabur ke Lampung.

“Di situ kita cari alamatnya, di wilayah Blitar kota dekat TKP pembunuhan. Saya sama tim menuju ke sana, ada ibunya saja. Tanggal 7 April sudah pergi meninggalkan rumah, ibunya saya bawa digeledah rumahnya. Ternyata motor korban ada di situ,” lanjut Leo.

Tak hanya itu, di rumah Aris, dia juga menemukan pisau yang digunakan untuk mengeksekusi korban.

“Kemudian pisau yang digunakan itu dibawa di rumah, kita sita. Labfor mengecek ada bekas darah di situ, sudah yakin 100% tersangkanya si Aris ini walaupun memang ibunya berkelit tidak tahu,” ungkapnya.

Aris pun tertangkap di Jakarta. Sementara pelaku kedua, Azis Prakoso, 23 tertangkap di rumahnya di Kediri.

“Semua anggota beberapa hari ndak tidur. Begitu ada informasi kita kejar terus. Dibilang stres juga saya, kejadian ini sudah geger terungkap kemana-mana. 9 Hari full ndak kerja lain-lain, ndak pulang di Kediri dengan Blitar setiap hari. Untungnya 9 hari bisa terungkap,” pungkas Leo.

Silakan KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Madiun Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya