SOLOPOS.COM - Pengrajin mebel di Juwiring, Klaten, belum mengalami imbas melemahnya rupiah terhadap dolar. (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Pemberlakuan MEA membuat pengusaha mebel waswas menghadapi tantangan MEA.

Solopos.com, KLATEN–Sejumlah pengusaha mebel yang tergabung dalam Asosiasi Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Komisariat Daerah (Komda) Klaten mengaku harap-harap cemas menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Di tengah keterbatasan permodalan dan inovasi, pengusaha mebel di tingkat lokal dituntut mampu bersaing dengan serangan produk mebel dari negara-negara South East Asian Nation

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Hal itu diungkapkan Ketua Asmindo Komda Klaten periode 2016-2021, Doddik Sulistiono, saat ditemui Solopos.com, di gedung Arofah Ceper, Selasa (12/1/2016). Berlangsungnya pasar bebas di tingkat ASEAN memungkinkan adanya minimarket mebel hingga tingkat desa di Indonesia.

Ekspedisi Mudik 2024

“Minimarket mebel itu tak hanya milik kita [pengusaha lokal], tapi juga bisa menjadi milik mereka [pengusaha luar negeri]. Sering kali konsep, modal, dan inovasi produk Indonesia itu masih terbilang minim. Makanya, kekhawatiran dampak buruk MEA itu tetap ada. Apa kita tega melihat kursi, meja, dan mebel lainnya nanti merupakan produk luar negeri. Itulah tantangan ke depan,” katanya.

Doddik Sulistiono mengatakan  total pengusaha mebel di Kota Bersinar beranggotakan 190 industri kecil menengah (IKM) dan 40 usaha kecil menengah (UKM). Saat ini, Asmindo Klaten sedang merumuskan berbagai langkah guna menghadapi pasar bebas.

“Gambarannya ke depan, kami akan menjalin kerja sama dengan perbankan untuk pengembangan permodalan, meningkatkan desain di kalangan pengusaha mebel di Klaten, dan menggelar pelatihan yang berkualitas,” katanya.

Disinggung tentang pesaing utama selama pasar bebas berlangsung, Doddik Sulistiono, menyebutkan ada lima negara yang patut diwaspada. Negara-negara tersebut, seperti Malaysia, Vietnam, Kamboja, Thailand, dan Singapura.

“Selain secara kualitas, persaingan nanti juga akan terfokus dengan harga. Di Klaten ini ada 13 kelompok perkayuan yang sudah mengantongi sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK). Sedangkan, 20-an kelompok masih dalam proses. Semoga dengan model SVLK itu bisa membantu para pengusaha mebel [terkait manajemen dan kalkulasi penentuan harga mebel],” katanya.

Bendahara Asmindo Klaten, Agung Budiono, menambahkan pasar mebel di Internasional saat ini tergolong masih lesu. Jumlah ekspor mebel dari Klaten sepanjang tahun mencapa dua hingga lima kontainer. Padahal dua tahun lalu, jumlah ekspor mencapai lima hingga 10 kontainer.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya