SOLOPOS.COM - Warga kerja bakti di kawasan sumber mata air Sumber Pilang di Dusun Sumberalit, Desa Sedayu, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Rabu (20/7/2022). (Istimewa/Faris Wibisono)

Solopos.com, WONOGIRI — Dusun Sumberalit, Desa Sedayu, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, memiliki sejarah panjang. Tak banyak orang tahu nama Sumberalit kali pertama disematkan oleh wali saat awal masa penyebaran Islam di Wonogiri.

Tokoh Pemuda Dusun Sumberalit, Faris Wibisono, menceritakan berdasarkan kisah turun temurun dari nenek moyang di dusunnya, nama Sumberalit diberikan oleh dua orang wali yang tengah mengembara dan melintas di dusun tersebut. Kala itu, dua wali yang berjalan dari barat (Dusun Sawahan, Desa Sedayu) melihat ada anak-anak yang sedang bermain di sumber mata air kecil di dusun itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Atas dasar itu, wali tersebut menyematkan wilayah tersebut sebagai Sumberalit. Kemudian, diketahui di dusun Sumberalit ini ada beberapa mata air kecil namun terus mengeluarkan air sepanjang tahun.

Solopos.com menelusuri arti sumberalit di Kamus Bausastra dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dalam Kamus Bausastra, sumber adalah belik, tuk, atau sumur dan alit berarti cilik atau kecil.

Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyebutkan sumber berarti tempat keluar air atau mata air, sedangkan alit berarti kecil. Maka bisa disimpulkan, sumberalit merupakan sumber mata air yang kecil.

Baca Juga: Anggap Lebih Untung dari Investasi Emas, Pria di Wonogiri Ini Pilih Hot Wheels

“Jadi penamaan Sumberalit itu tidak lepas dari kondisi geografis dusun ini yang terdapat beberapa sumber mata air yang kecil dibandingkan desa lain yang memiliki sumber air yang besar. Meski kecil, sumber air itu tetap mengalirkan air sepanjang tahun. Enggak pernah berhenti,” kata Faris, kepada Solopos.com, Kamis (10/11/2022).

Saat ini, sedikitnya ada tiga sumber mata air kecil di Dusun Sumberalit. Namun, ketiganya sudah tidak digunakan warga untuk keperluan sehari-sehari seperti dulu.

Kendati begitu, warga Dusun Sumberalit masih menjaga dan menghormati sumber mata air tersebut, terutama sumber mata air yang dinamakan Sumber Pilang.

Setiap tahun, warga melakukan merdi desa, membersihkan Sumber Pilang tersebut dan sekitarnya. Hal itu sebagai bentuk penghargaan, penghormatan, dan nguri-uri cikal bakal Dusun Sumberalit sekaligus mengingat tanah kelahiran.

Baca Juga: Monumen Watu Gilang Selogiri, Mengenang Terbentuknya Pemerintahan di Wonogiri

“Sampai saat ini, warga masih menganggap Sumber Pilang itu sakral. Bahkan, ketika ada hajatan, yang punya hajat menyediakan panjang ilang, semacam sesaji yang diwadahi di keranjang janur dan diletakkan di Sumber Pilang. Itu sebagai bentuk syukur saja karena bisa menggelar hajatan. Bentuk syukur itu, selain kepada Tuhan juga berbagi kepada manusia dan makhluk lain di alam semesta,” kata dia.

Dia menambahkan, dinamakan Sumber Pilang karena dulu tepat di samping sumber mata air itu terdapat Pohon Pilang. Namun, sekarang pohon itu sudah tidak ada.

Hal itu dimungkinkan karena pertumbuhan Pohon Pilang jauh lebih lambat dibandingkan Pohon Kepuh. Oleh karena itu, saat ini di sumber air itu ada Pohon Kepuh besar menjulang.

“Tentu di sini juga pasti sempat disinggahi Pangeran Sambernyawa. Soalnya beliau yang membabat alas Wonogiri kala itu. Makanya, warga terhadap Dusun Sumberalit ini milu handarbeni, hangrukebi, mulat sarira hangrasa wani,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya