SOLOPOS.COM - PERIKSA TANAMAN -- Siswanto, salah satu pemuda Desa Sukorini, Kecamatan Manisrenggo, Klaten, mengecek tanaman cabainya di ladang, Jumat (27/4). Sejumlah pemuda di desa tersebut dilatih untuk menanam tanaman cabai untuk memberikan penghasilan tambahan bagi mereka. (JIBI/SOLOPOS/Farid Syafrodhi)

PERIKSA TANAMAN -- Siswanto, salah satu pemuda Desa Sukorini, Kecamatan Manisrenggo, Klaten, mengecek tanaman cabainya di ladang, Jumat (27/4/2012). Sejumlah pemuda di desa tersebut dilatih untuk menanam tanaman cabai untuk memberikan penghasilan tambahan bagi mereka. (JIBI/SOLOPOS/Farid Syafrodhi)

KLATEN – Puluhan pemuda Desa Sukorini, Kecamatan Manisrenggo, Klaten, mulai mengembangbiakkan tanaman cabai. Sebelumnya, banyak dari para pemuda di sana yang sama sekali tidak memiliki ketrampilan menanam cabai. Mereka mendapatkan pengetahuan keterampilan dari Balai Latihan Kerja Pertanian (BLKP) Klampok.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah satu pemuda Desa Sukorini, Teguh Haryanto, 28, mengaku mengikuti pelatihan budidaya cabai untuk merubah nasib. Pasalnya, menjadi petani cabai juga bisa sukses. “Selama ini saya hanya sebagai buruh harian lepas. Karena ada yang mendorong, saya pun jadi termotivasi,” ujar Teguh saat ditemui wartawan di Balaidesa Sukorini, Jumat (27/4/2012).

Hal senada juga diungkapkan Agung Nugroho, 28. Sebelumnya ia sudah pernah menanam cabai. Namun dalam penanamannya tidak mempertimbangkan urusan teknis soal takaran pupuk, persemaian bibit dan sebagainya. Dengan mengikuti pelatihan penanaman cabai, dia mendapatkan pengetahuan lebih mengenai budidaya cabai. “Saya jadi tahu berapa takaran pupuk kandang yang harus saya gunakan. Biasanya saya hanya mengandalkan feeling dan kebiasaan. Tapi ternyata pupuk yang saya gunakan itu kelebihan takaran,” ujar Agung.

Ia sudah sepuluh hari ini mengikuti pelatihan tersebut. Agung mengaku cara tanam cabai yang ia lakukan sebelumnya, sangat jauh berbeda setelah ia mendapatkan pelatihan. Dulu, imbuh Agung, pertumbuhan tanaman cabainya sangat lambat. Namun setelah mendapatkan penjelasan mengenai budidaya tanam cabai yang baik, pertumbuhannya cukup pesat. “Kalau dulu saya tidak tahu apakah pupuk yang saya gunakan itu kebanyakan atau kekurangan,” paparnya. Ia sudah menyiapkan satu patok lahan untuk tanam cabai.

Soal biaya yang dikeluarkan, tambahnya, sama saja. Hanya, saat ini dia bisa menghitung berapa uang yang harus ia keluarkan untuk menanam cabai.

Petugas Bagian Perencanaan dan Program Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Jateng, Wardoyo, mengatakan program BLKP tersebut akan terus dievaluasi, apakah program itu berjalan di desa tersebut atau tidak. “Kalau tidak berjalan, lebih baik dananya kami alihkan ke yang lain. Tapi kalau program pelatihan pertanian ini berhasil, maka akan kami tambah lagi,” paparnya. Jika para pemuda tidak memiliki lahan, maka pihaknya menyarankan kepada mereka untuk ikut program transmigrasi.

Sementara itu, Camat Manisrenggo, Wahyudi, berharap agar ilmu yang didapat oleh sejumlah pemuda Desa Sukorini, bisa ditularkan ke warga lain yang tidak berkesempatan ikut pelatihan. Ke depan, pihaknya meminta jika ada program pelatihan serupa, pesertanya bukan hanya warga di satu desa, tapi diambilkan perwakilan dari setiap desa. “Jadi pengetahuannya bisa merata,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya