SOLOPOS.COM - Ketua Gapoktan Bulakrejo, Sukoharjo, Parno Raharjo, mengecek kondisi beberapa burung hantu di rumah karantina di desa setempat, Sabtu (14/9/2013). Sejak beberapa bulan terakhir petani Bulakrejo menggunakan burung hantu untuk membasmi hama tikus. ( Kurniawan/JIBI/Solopos)

 Ketua Gapoktan Bulakrejo, Sukoharjo, Parno Raharjo, mengecek kondisi beberapa burung hantu di rumah karantina di desa setempat, Sabtu (14/9/2013). Sejak beberapa bulan terakhir petani Bulakrejo menggunakan burung hantu untuk membasmi hama tikus. ( Kurniawan/JIBI/Solopos)


Ketua Gapoktan Bulakrejo, Sukoharjo, Parno Raharjo, mengecek kondisi beberapa burung hantu di rumah karantina di desa setempat, Sabtu (14/9/2013). Sejak beberapa bulan terakhir petani Bulakrejo menggunakan burung hantu untuk membasmi hama tikus. (
Kurniawan/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO-Petani di Kelurahan Bulakrejo, Kecamatan/Kabupaten Sukoharjo, kekurangan puluhan rumah burung hantu (rubuha) menyusul mulai berkembang biaknya satwa yang merupakan predator tikus itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Saat ini baru ada 12 rubuha di Bulakrejo. Padahal untuk lahan seluas 248 hektare setidaknya butuh 60 rubuha. Penjelasan itu disampaikan Ketua Gabungan Kelompok Tani Bulakrejo, Parno Raharjo, saat ditemui Solopos.com di kediamannya, Sabtu (14/9/2013) siang.

“Satu rubuha idealnya untuk lahan seluas empat hektare. Sejak kami mulai dirikan rubuha awal tahun ini, sudah ada dua burung hantu yang berkembang biak. Tapi karena tidak ada rubuha yang kosong, empat burung yang berhasil menetas pergi entah kemana,” katanya.

Parno menjelaskan, induk burung hantu mempunyai kebiasaan mengusir anak-anaknya yang telah menginjak usia tiga hingga empat bulan. Supaya tidak pergi jauh, menurut Parno alangkah bagusnya bila sudah ada rubuha baru yang bisa dihuni burung-burung ini.

Terkendala Dana

Dana menjadi salah satu kendala pendirian rubuha baru. Biaya yang dibutuhkan untuk membuat satu rubuha sekitar Rp250.000. Beruntung sejumlah pihak mulai memberikan sumbangan dana suka rela untuk mengembangkan budidaya burung hantu ini. “Baru baru ini ada yang memberi Rp200.000 untuk membeli paku dan kayu reng. Ada lagi donasi Rp250.000 yang bisa untuk membuat rubuha baru,” imbuh Parno.

Dia menambahkan, rubuha berbentuk seperti bekupon burung dara. Bahan utama pembuatnya papan kayu. Rubuha ini dipasang di sawah dengan ketinggian sekitar lima meter. Kaki-kaki rubuha menggunakan dua batang bambu. Rencananya, Parno menerangkan, pihaknya akan membuat rubuha permanen. “Rubuha permanen ini memakai satu tiang cor semen,” tambahnya.

Parno berharap Pemkab Sukoharjo memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan petani Bulakrejo. Dukungan dimaksud bisa berupa dana operasional maupun pembinaan berkelanjutan. Dia juga menyarankan penggunaan burung hantu untuk membasmi tikus.
Sebab menurut dia hasil yang dicapai cukup signifikan. Parno mencontohkan kondisi tanaman padi Bulakrejo saat ini yang jauh dari hama tikus. “Tikus dengar suara burung ini saja sudah ketakutan. Sejak pakai burung ini padi di Bulakrejo bagus-bagus,” ungkap dia.

Kabid Produksi Dinas Pertanian Sukoharjo, Sumadi, mengapresiasi positif petani Bulakrejo. Menurut dia penggunaan burung hantu untuk membasmi tikus bisa ditiru oleh petani lain. Apalagi sejauh ini pendekatan tersebut terbukti cukup berhasil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya