Solopos.com, SRAGEN—Jumlah transaksi nontunai pada layanan Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jateng Solo-Sumberlawang belum sampai 5% dari seluruh pengguna selama dua pekan terakhir. Para petugas mendorong penerapan nontunai dengan sosialisasi ke sekolah.
Salah satu Koordinator Layanan BRT Trans Jateng Koridor I, Lasdiyanto, mengklaim layanan nontunai sebagai salah satu metode pembayaran disambut baik masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan penggunaan nontunai pada layanan bus Trans Jateng.
Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024
Namun jumlahnya belum sampai 5% dari jumlah pengguna. “Pelajar yang masuk PTM [pembelajaran tatap muka] lebih suka membayar pakai Link Aja, Gopay, dan ShopeePay,” kata dia kepada Solopos.com, Minggu (16/1/2022).
Baca Juga: Atasi Kekeringan Sekitar WKO Sragen, Komunitas Gelar Aksi Tanam Pohon
Selain pelajar, lanjut dia, kalangan umum serta buruh telah memakai layanan nontunai meskipun sebagian kecil. Sejumlah penumpang belum siap memakai nontunai namun tetap dilayani metode pembayaran tunai. “Antara lain penumpang kalangan pedagang lansia belum siap nontunai.”
Menurut dia, belum lama ini petugas mendorong sosialisasi penggunaan nontunai menyasar sekolah. Ada enam sekolah yang telah dikunjungi terkait pelayanan BRT Trans Jateng serta transaksi nontunai.
“Teman-teman di setiap halte kami edukasi kepada calon penumpang untuk membayar nontunai. Selain di sosial media dengan getuk tular,” paparnya.
Baca Juga: Gerdu Wonogiri Longsor, Warga Langsung Gelar Kerja Bakti
Sebagai informasi, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah meresmikan pembayaran nontunai pada layanan BRT Trans Jateng akhir tahun lalu. Tarif layanan BRT Trans Jateng masih tetap sama yakni Rp2.000 untuk pelajar, buruh, dan veteran. Sedangkan kalangan umum Rp4.000 jauh dekat.