SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Dok)

 

Harianjogja.com, MAGELANG — Sebanyak 60 pembatik kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mengikuti pelatihan peningkatan keterampilan dan pengembangan motif khas tentang bangunan peradaban dunia itu, 12-17 September 2014.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Supaya para anggota tidak berhenti dengan kepuasan atas produk batik Borobudur selama ini, tetapi selalu ada pembaruan, pengembangan produk dan desain terkini, dan terutama penting untuk dikuasai adalah adanya transfer pengetahuan dan wawasan tentang batik,” kata Ketua Peguyuban Batik Kawasan Candi Borobudur “Mandala” Kabupaten Magelang Jack Priyono di Borobudur, Sabtu (13/9/2014).

Jack yang didampingi sekretaris paguyuban, Adi Winarto, mengatakan hal itu di sela pembukaan pelatihan yang diikuti para anggota yang tergabung dalam delapan kelompok pembatik dan penjahit di kawasan Candi Borobudur, yakni kelompok Chatra, Mandala (Desa Borobudur), Noreh, Makara (Majaksingi), Menoreh (Giri Tengah), Watu Kendil (Candirejo), Tingal dan Lumbini (Wanurejo).

Selama ini, mereka telah memproduksi motif batik Borobudur yang antara lain bernama chatra, sekar budha, lotus, daun singkong, cengkih, candi, kembang kates, kalpataru, stupa ceplok, liman, sidoluhur mbuduran.

Pelatihan keterampilan membatik dan pengembangan motif itu, sebagai program tahun ketiga, kerja sama antara paguyuban tersebut dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Pada pembukaan pelatihan oleh Camat Borobudur Nanda Cahya Pribadi itu, antara lain dihadiri Kepala Dinas Perindustrian, Koperasi, dan UMKM Kabupaten Magelang Edy Susanto, perwakilan Kemenparekraf Jumadi, dan Koordinator Kelompok Kerja Pengamanan Balai Konservasi Borobudur Sugiyono.

“Pengembangan motif batik Borobudur selain menjadi bagian dari konservasi warisan budaya berupa Candi Borobudur juga terkait dengan upaya meningkatkan perekonomian masyarakat,” katanya.

Selama ini, produk batik Borobudur selain untuk sarana wisatawan berkunjung ke bagian puncak Candi Borobudur, juga menjadi suvenir para turis.

Edy mengatakan peningkatan keterampilan perajin batik Borobudur bukan semata-mata terkait dengan kepentingan pewarisan nilai-nilai budaya atas Candi Borobudur.

Akan tetapi, katanya, juga langkah positif yang ditempuh peguyuban tersebut untuk memperluas peluang usaha perekonomian masyarakat di kawasan peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia sekitar abad ke-8, masa Dinasti Syailendra itu.

“Ini pelestarian dan pengembangan budaya Borobudur, tetapi juga sekaligus sebagai peluang bisnis, berupa pengembangan potensi batik lokal yang khas Borobudur dan Magelang, yang tidak dimiliki daerah lain,” katanya.

Pemerintah Kabupaten Magelang mendorong berbagai kalangan untuk semakin gemar mengenakan batik khas lokal.

“Hal ini juga menjadi tantangan para perajin untuk mengembangkan batik lokal,” katanya.

Pemberi materi pelatihan keterampilan membatik tersebut, antara lain petugas Balai Besar Batik Yogyakarta dan perancang busana, sedangkan materi yang diperoleh para peserta, seperti desain, pola jahit, pewarnaan berbahan alam, dan praktik membatik.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya