SOLOPOS.COM - Ilustrasi sopir truk. (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Pembatasan kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang dilakukan Pertamina berdampak pada jalur transportasi antarkota antarprovinsi. Salah satunya di jalan Solo-Sragen di mana terjadi antrean panjang truk yang memicu kemacetan panjang di jalur tersebut.

Reporter Solopos, Mariyana Ricky, melaporkan kemacetan panjang terjadi di jalur tersebut, tepatnya sepanjang Kecamatan Kebakkramat dan Gondangrejo, Karanganyar, sejak Selasa (26/8/2014) pagi. Puluhan truk tersebut berasal dari luar kota, khususnya dari arah Surabaya.

Promosi Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21% pada Kuartal I 2024

Hingga Selasa siang sekitar pukul 12.00 WIB, antrean panjang truk masih terjadi lantaran para awak truk belum antre membeli solar bersubsidi yang hampir habis di SPBU Plesungan, Gondangrejo, Karanganyar. Mereka menyerbu SPBU tersebut karena stok solar bersubsidi di SPBU lain sudah habis.

“Penelusuran kami dari Kebakkramat, ternyata sumber kemacetan berasal dari SPBU Waru di Kebakkramat. Karena stok solar tinggal 1.000 liter, pihak SPBU memutuskan untuk tidak melayani penjualan,” katanya dalam laporan yang disiarkan Solopos FM, Selasa siang.

Akibat penutupan sementara itu, terjadi kemacetan panjang di jalur protokol tersebut. Karena itu, menjelang tengah hari, pihak SPBU Waru akhirnya menjual solar bersubsidi hanya kepada awak truk yang sudah mengantre sejak pagi.

Selain, antrean truk, di SPBU tersebut juga terjadi antrean jeriken milik para pengecer bensin dan para petani. Para petani mengaku tidak bisa bekerja lantaran kehabisan solar selama beberapa hari.

Sementara itu, SPBU Plesungan diserbu truk-truk antarkota karena saat ini tempat itu menjadi satu-satunya SPBU yang masih memiliki stok solar bersubsidi. Seorang awak truk dari Surabaya mengatakan di Caruban, Pasuruan, dan Ngawi, sudah tidak ada solar. Terbatasnya stok solar di SPBU Plesungan disebabkan keterlambatan pasokan dari Pertamina Depo Boyolali.

Selain terlambat datang, kuota solar di masing-masing SPBU juga dikurangi. Jika biasanya tiap SPBU mendapat jatah 16.000 liter per hari, kini hanya mendapatkan 8.000 liter per hari. Karena itu, setiap truk hanya boleh membeli solar bersubsidi senilai Rp400.000.

Karena pembatasan tersebut, banyak truk yang sudah kehabisan stok solar harus menginap di sekitar SPBU untuk menunggu datangnya pasokan solar keesokan harinya. Akibatnya, waktu tempuh truk pengangkut menjadi lebih lama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya