SOLOPOS.COM - Warga antre mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Sarirejo, Jl. Ring-Road Utara, Karang Tengah, Sragen, Selasa (26/8/2014). (Ody Batatya Frontania Aryanto/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO—Antrean panjang mulai terlihat di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak (SPBU) di Soloraya. Hal ini karena masyarakat mulai panic buying karena adanya pembatasan kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Berdasarkan pantauan Solopos.com, antrean sampai meluber ke jalan raya di sejumlah SPBU terutama kendaraan besar, seperti truk.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pengelola SPBU di Laweyan yang enggan disebut namanya mengatakan antrean panjang mulai terjadi sejak pemberitaan kelangkaan BBM subsidi di jalur pantura di-blowup media massa.

Menurut dia, hal tersebut menyebabkan masyarakat menjadi panic buying dan mulai memadati SPBU.

“Kemarin [Senin (25/8)] ada stok 29 ton premium dan habis hanya dalam waktu 10 jam. Hal ini karena pembeli terus mengalir tanpa putus,” ungkapnya saat ditemui wartawan di tempat usahanya, Selasa (26/8/2014).

Laki-laki itu mengungkapkan hal yang sama juga terjadi pada Selasa. Dia memperkirakan, Selasa pukul 18.00 WIB, premium akan habis karena saat ini pihaknya hanya mendapat kiriman 24 ton per hari. Padahal penjualan dalam sehari rata-rata 28 ton-29 ton. Pada Senin pukul 19.00 WIB, stok premium kosong hingga Selasa pukul 09.00 WIB.

Hal tersebut menyebabkan penjualan pertamax meningkat sekitar 25%. Dia menilai saat ini masyarakat bersedia beralih ke pertamax karena harganya yang agak turun, yakni Rp11.500 per liter dari biasanya yang menembus Rp12.000 per liter.

Kehabisan Premium

Supervisor SPBU Tipes, Pandu Yafie, juga mengaku sempat kehabisan premium pada Selasa pukul 00.00 WIB hingga pukul 09.00 WIB. Hal ini karena pembeli terus datang dan tidak pernah sepi. Menurut dia, apabila pembeli terus seperti itu, sekitar pukul 19.00 WIB, stok premium akan habis.

Dia mengatakan saat ini hanya mendapat pengiriman sesuai dengan rata-rata penjualan harian sehingga setelah stok habis tidak memiliki cadangan. Oleh karena beberapa masyarakat akhirnya beralih membeli BBM nonsubsidi jenis pertamax.

“Saat ini penjualan pertamax naik dari biasanya 500 liter per hari menjadi 1.200 liter per hari. Hal ini karena beberapa pengendara sepeda motor dan mobil beralih menggunakan BBM nonsubsidi,” ujarnya.

Sementara itu, konsumen mengeluhkan sulitnya memperoleh BBMbersubsidi. Salah satu supir truk yang berasal dari Sragen, Eko, mengaku kesulitan memperoleh solar sejak Senin (25/8). Dia mengatakan bisa mengantri hingga tiga jam untuk memperoleh BBM bersubsidi tersebut. Menurut dia, di kota asalnya, setelah pukul 19.00 WIB kebanyakan SPBU sudah kehabisan stok solar. Kelangkaan dipicu adanya kekosongan di Jatim sehingga banyak yang menyerbu Sragen.

“Walau antre lama tetap saya lakukan karena persediaan menipis. Antre lama enggak masalah yang penting bisa mendapat BBM bersubsidi soalnya kalau pakai BBM nonsubsidi, saya tekor karena dari bos hanya diberi uang saku yang cukup untuk membeli BBM bersubsidi,” ungkap Eko saat ditemui Espos ketika mengantre di salah satu SPBU yang berada di Rong Road Utara Solo.

Ketua Paguyuban Pemilik SPBU Soloraya, Rochim Agus Suripto, mengaku kekosongan BBM bersubsidi memang sudah terjadi di Soloraya akibat pengurangan kuota yang dilakukan Pertamina. “BBM ini merupakan kebutuhan pokok sehingga apabila di salah satu SPBU habis akan mencari ke SPBU lainnya. Tentu hal itu akan menyebabkan stok BBM subsidi di semua SPBU pada akhirnya memiliki kondisi yang sama [habi],” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya