SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solo (Espos)–Pembangunan proyek perumahan di Soloraya terhambat. Pengembang mulai terkendala pasokan pasir dan batu (Sirtu), lantaran aktivitas penambangan di sekitar Gunung Merapi terhenti.

Disampaikan Ketua Real Estate Indonesia (REI) Solo, Yulianto W Kusumo, kelangkaan bahan baku pasir dan batu cukup membuat pengembang was-was. Karena kerja pengembang, biasanya dihadapkan pada realisasi target pembangunan unit.

Promosi Pelaku Usaha Wanita Ini Akui Manfaat Nyata Pinjaman Ultra Mikro BRI Group

Saat ini, menurut Yulianto, pengembang memiliki alternatif mengambil pasir dari Boyolali. Tetapi, kualitas pasirnya lebih rendah, dan harganya cukup tinggi.

“Kalau kualitasnya rendah, maka dalam proses pembangunan perlu campuran semen yang lebih banyak. Biayanya menjadi lebih tinggi lagi,” terang Yulianto, kepada Espos, Senin (8/11).

Untuk pasir, harganya juga naik kisaran 35%. “Khusus pasir, selain langka harganya juga melambung. Biasanya harga pasir hanya Rp 700.000 per truk, saat ini yang diambil dari Boyolali berkisar Rp 900.000 per truk,” ujar Yulianto.

Yulianto mengatakan, kenaikan harga pasir saat ini tidak berdampak pada kenaikan unit rumah. Tetapi, berdampak pada kenaikan biaya produksi, sekitar 20%.

Sementara itu, pengembang PT Athaya, Anthony Hendro, mengatakan hal senada. Pembangunan perumahan terhambat pasokan pasir yang mulai langka akibat terhentinya aktivitas penambangan di sekitar Gunung Merapi.

“Kelangkaan pasir telah memicu kenaikan harga pasir. Biasanya hanya Rp 600.000 hingga Rp 650.000 per truk, sekarang mencapai Rp 1 jutaan per truk.”

haw

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya