SOLOPOS.COM - Pedagang pindahan dari Pasar Puluhwatu, Karangnongko, Klaten, mulai beraktivitas di lokasi pasar darurat di Desa Demakijo, Kamis (9/5/2013). Para pedagang sementara ini pindah karena Pasar Puluhwatu akan dibangun baru. (JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri)

Pedagang pindahan dari Pasar Puluhwatu, Karangnongko, Klaten, mulai beraktivitas di lokasi pasar darurat di Desa Demakijo, Kamis (9/5/2013). Para pedagang sementara ini pindah karena Pasar Puluhwatu akan dibangun baru. (JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri)

Pedagang pindahan dari Pasar Puluhwatu, Karangnongko, Klaten, mulai beraktivitas di lokasi pasar darurat di Desa Demakijo, Kamis (9/5/2013). Para pedagang sementara ini pindah karena Pasar Puluhwatu akan dibangun baru. (JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri)

KLATEN — Sekitar 280 pedagang sudah mengosongkan Pasar Puluhwatu di Karangnongko, Klaten, menyusul rencana renovasi pasar tradisional ini.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Pengamatan Solopos.com di lokasi, pasar tradisional seluas sekitar 4.295 meter persegi itu sudah kosong dari lapak-lapak pedagang. Para pedagang sudah menempati los darurat yang berada di pinggir jalan Dusun Lor Pasar, Desa Demakijo. Kebetulah saat itu bertepatan dengan hari pasaran yakni Pon sehingga pengunjung los darurat relatif ramai. “Mudah-mudahan tetap ramai seperti ini biar pedagang tidak rugi selama masa pembangunan pasar berlangsung,” papar Tarni, pedagang bumbon, saat ditemui Solopos.com di los darurat, Kamis (9/5/2013).

Tarni mengakui satu petak los darurat berukuran 2,5 x 3 meter persegi yang dihuni empat pedagang itu terasa cukup sempit. Kendati demikian, dia memilih tinggal di los darurat daripada mengontrak tempat kepada warga sekitar. “Kalau ngontrak sama warga, retribusinya bisa dobel yakni kepada pengelola pasar dan warga. Kalau gunakan los darurat yang dibangun pemerintah, saya cukup membayar retribusi sekali senilai Rp1.500/hari,” paparnya.

Sebenarnya Tarni berharap retribusi pedagang bisa dibebaskan selama masa pembangunan Pasar Puluhwatu berlangsung. Menurutnya, selama tinggal di lokasi darurat pedagang masih diliputi rasa khawatir dagangan akan sepi pembeli. “Kalau dagangan sepi pembeli tapi retribusi jalan terus kan kasihan,” tandasnya.

Menanggapi hal itu, Lurah Pasar Puluhwatu, Agus Setyono, mengakui pihaknya memang tidak membebaskan retribusi bagi pedagang kendati mereka tinggal di los darurat. Menurutnya, Pemkab Klaten sudah memasang target retribusi dari Pasar Puluhwatu pada 2013 ini mencapai Rp58 juta. Untuk mengejar target itu, pihaknya harus menarik retribusi kepada pedagang setiap hari.

“Karena sudah ada target dari atas, jadi retribusi tidak kami bebaskan. Pedagang kami tarik retribusi mulai Rp300 hingga 1.500/hari, tergantung jenis dan banyaknya dagangan yang dijual,” paparnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Klaten, Ahmad Wahyudi, mengaku belum mendapat laporan dari Unit Layanan dan Pengadaan (ULP) tentang pemenang tender pembangunan Pasar Puluhwatu. Namun dia memperkirakan surat perintah kerja (SPK) akan diberikan kepada pemenang tender pada pertengahan bulan ini. “Pembangunan pasar ditarget selesai pada akhir 2013,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya