SOLOPOS.COM - Bupati Klaten, Sunarna (bertopi hitam), menggelar inspeksi mendadak (sidak) di lokasi pembangunan Masjid Agung di bekas lahan Terminal Jonggrangan, Senin (15/10/2012).(Espos/Moh Khodiq Duhri)


Bupati Klaten, Sunarna (bertopi hitam), menggelar inspeksi mendadak (sidak) di lokasi pembangunan Masjid Agung di bekas lahan Terminal Jonggrangan, Senin (15/10/2012).(Espos/Moh Khodiq Duhri)

KLATEN—Pembangunan Masjid Agung di bekas lahan Terminal Jonggrangan masih membutuhkan dana Rp30 miliar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu dikemukakan Bupati Klaten, Sunarna, saat menggelar inspeksi mendadak (sidak) pelaksanaan proyek pembangunan Masjid Agung, Senin (15/10). Menurut Sunarna, Pemkab Klaten baru memiliki dana Rp9,5 miliar yang ditetapkan melalui APBD 2012 untuk membangun Masjid Agung. Dana tersebut hanya cukup untuk mendirikan struktur bangunan Masjid Agung hingga lantai II. Sementara kelengkapan masjid berikut ornamennya akan dianggarkan senilai Rp30 miliar dalam APBD 2013 mendatang. “Dana yang dibutuhkan total senilai Rp39,5 miliar. Dana itu akan digunakan hingga tahap finishing,” ujar Sunarna.

Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Agung juga akan dijadikan sebagai sekretariat organisasi keislaman seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI), dan sejumlah organisasi massa Islam lainnya. Sementara keberadaan Masjid Raya yang berada tak jauh dari Alun-alun Klaten akan difungsikan sebagai Islamic Center. “Nanti berbagai organisasi kepemudaan bisa menggelar berbagai kajian keislaman di Masjid Raya itu,” terang Sunarna.

Sementara itu, Kepala Bagian (Kabag) Pembangunan, Sekda Klaten, Sigit Gatot Budiyanto, mengatakan pembangunan Masjid Agung saat ini baru mencapai 14%. Dia mengakui pelaksanaan proyek ini mestinya sudah mencapai 25% sebagaimana tertuang dalam jadwal proyek. “Ini baru tahap awal pelaksanaan proyek. Kami sudah mendesak kontraktor mengejar ketertinggalan supaya pelaksanaan proyek ini berjalan sesuai jadwal,” terang Sigit.

Sigit menjelaskan beban kerja penggalian tanah relatif lebih ringan dibandingkan beban kerja pembangunan konstruksi. “Galian tanah itu mestinya selama seminggu, namun bisa kita kerjakan 2-3 hari. Sisa hari itu bisa digunakan untuk pembangunan konstruksi untuk mengejar ketertinggalan,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya