SOLOPOS.COM - Foto Ilustrasi Swalayan JIBI/Bisnis Indonesia/Alby Albahi

Pembangunan Mal Bantul berdampak pada ekonomi rakyat

Harianjogja.com, BANTUL– Sejumlah akademisi dan peneliti ekonomi kerakyatan Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja mengkritisi rencana pembangunan mal di Bantul. Mal diyakini bakal memicu konflik sosial, berdampak buruk bagi ekonomi rakyat hingga meningkatkan budaya konsumtif.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Diskusi pro kontra pembangunan mal di Bantul digelar oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PAN Bantul di Gedung DPRD setempat pada Sabtu (27/8/2016). Diskusi menghadirkan sejumlah pembicara yaitu Sosiolog UGM Hempri Suyatna, peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan (Pustek) UGM serta Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bantul Agus Budi Raharjo.

Hempri Suyatna mengatakan, pembangunan mal potensial menimbulkan sejumlah dampak buruk di bidang sosial, ekononomi hingga budaya. Antara lain memicu budaya konsumerisme di masyarakat.

“Riset mahasiswa saya di Sleman budaya konsumtif di masyarakat meningkat dengan hadirnya Ambarukmo Plaza. Status sosial budaya tidak lagi diukur dengan pekerjaan dan penghasilan tapi berapa banyak barang yang dimiliki di rumah,” kata Hempri Suyatna, Sabtu.

Mal kata dia juga menimbulkan konflik sosial. Selama ini, pemerintah lebih suka berkongkalikong dengan pemodal ketimbang masyarakat. Sedangkan di masyarakat justru berkonflik. Contoh kasus pembangunan mal di Sleman, masyarakat terbelah ada yang pro dan kontra. Terbelahnya masyarakat salah satunya kata Hempri disebabkan karena adanya uang pelicin yang diberikan pengusaha ke masyarakat.

Ia menyarankan masyarakat Bantul tidak termakan iming-iming pemerintah bahwa mal akan menyerap banyak lapangan kerja serta bakal menampung produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) warga Bantul. “Lihat saja di mal manapun, berapa persen produk daerah yang ditampung. Yang banyak justru produk luar negeri. Kalau serap tenaga kerja, apa bapak-bapak ibu-ibu mau anak putra putri kita hanya menjadi penjaga toko. Pemerintah justru bukan mendorong untuk masyarakat menciptakan usaha sendiri,” kritiknya lagi.

Di bidang ekonomi Hempri mengutip sebuah riset penurunan pasar tradisional sebesar 8,1% setiap tahunnya sedangkan mal bertumbuh 31,4%. Keberadaan mal dipastikan berdampak pada penurunan aktivitas pasar tradisional. Penelitian Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (APSI) menurutnya juga menyebut tutupnya ratusan kios di pasar tradisional akibat dampak masuknya pemodal lewat pendirian mal. Sayangnya kata dia, pola pikir kepala daerah saat ini lebih banyak dihinggapi perspektif kapitalistik ketimbang ekonomi kerakyatan.

Peneliti Pustek UGM Istianto Ari Wibowo mengatakan, di negara-negara maju justru pemerintah menekan keberadaan mal yang dimiliki pemodal asing dan besar. “Di Singapura misalnya, mal banyak tapi yang punya warga sana bahkan mal dimiliki oleh buruh. Makanya Carrefour enggak laku di sana lalu lari ke Indonesia,” kata Istianto Ari Wibowo.

Menurut dia, alangkah baiknya Bantul mengembangkan pasar-pasar modern yang dimiliki masyarakat bukan justru mengakomodasi sistem mal kebanyakan yang dimiliki oleh pemodal besar dari luar negeri.

Sekretaris Bappeda Bantul Agus Budi Raharjo mengklaim, keberadaan mal di Bantul baru sebatas wacana. Pemerintah belum mengambil keputusan namun masih mengkaji respons masyarakat. Pembangunan mal yang gencar disampaikan Bupati Bantul Suharsono dalams etiap kesempatan tersebut menurutnya untuk merespons perkembangan masyarakat saat ini yang lebih senang berbelanja dengan sistem modern.

“Mal itu punya segmentasi pasar sendiri jadi enggak akan mengganggu pasar tradisional. Ini supaya uang berputar di Bantul saja. Jangan sampai mau belanja ke mal harus datang ke Kota dan Sleman,” dalih birokrat tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya