SOLOPOS.COM - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo (tengah), penyanyi dangdut Rhoma Irama (tiga dari kiri), dan Penyanyi, Sam Bimbo (kanan), meninjau studio rekaman Lokananta saat mengikuti Aksi Damai Seniman Anti Pembajakan di Lokananta, Solo, Kamis (15/10/2015). Aksi tersebut digelar untuk mengajak masyarakat untuk memerangi maraknya aksi pembajakan karya seni. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Pembajakan hak cipta yang kian menjadi-jadi dilawan oleh para musisi dan seniman.

Solopos.com, SOLO – Sejumlah 100.000 keping compact disc (CD) dan video compact disc (VCD) dimusnahkan dengan cara digilas alat berat, Kamis (15/10/2015). Acara pemusnahan barang bajakan itu dilaksanakan di halaman studio musik Lokananta Solo.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pemusnahan ratusan ribu keping CD dan VCD bajakan itu menjadi simbol perlawanan seniman dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah terhadap pembajakan yang kian gila-gilaan.

Namun, di akhir acara, ribuan CD dan VCD bajakan yang sudah digilas tetap dipunguti warga yang datang. Mereka mencari dan memilih aneka CD dan VCD bajakan yang masih utuh untuk dibawa pulang. Mereka berharap CD dan VCD bajakan itu layak untuk diputar.

Kondisi ini tentu memilukan seniman yang baru saja mengikuti Kampanye Damai Seniman Antipembajakan di Lokananta. Ratusan seniman, musisi, pengusaha industri kreatif dari berbagai wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Timur, hadir dalam rangkaian pertunjukan musik sebagai bentuk aksi antipembajakan.

Acara itu dihadiri Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, perwakilan Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (Pappri) Solo, musisi Sam Bimbo, Rhoma Irama, dan kepolisian.

Ganjar menyatakan aksi itu tidak hanya memperjuangkan nasib para seniman dan musisi, namun nilai artistik di balik sebuah karya.

Menurut Ganjar, di Malaysia dalam setahun seniman dan musisi memperoleh Rp300 miliar dengan jumlah penduduk yang hanya sekitar 30 juta jiwa. Sedangkan musisi di Indonesia hanya menerima Rp12 miliar-Rp15 miliar meski memiliki penduduk 250 juta jwaa.

”Jangan-jangan masyarakat juga enggak tahu, asal beli murah saja. Intinya yang harus kita tanamkan, orang Jawa Tengah harus malu beli bajakan,” terang dia saat diwawancarai di sela-sela acara, Kamis.

Menurutnya, tak hanya seniman, masyarakat juga harus diajak dan diedukasi. Ganjar menyatakan butuh pendekatan yang berbeda untuk melawan pembajakan. Pemerintah dan kepolisian harus aktif memberangus peredaran VCD bajakan.

”Jumlah yang asli dan bajakan sangat timpang. Saya ingin melibatkan para artis. Yuk kita sama-sama, bareng-bareng masuk pasar, masuk mal. Kita kasih tahu pedagangnya dulu. Kita beri mereka waktu dua bulan untuk berhenti berjualan. Kalau mereka nekat, baru kita tindak tegas,” imbuh dia.

Dalam kesempatan tersebut, Rhoma Irama berkisah betapa dia pernah dalam kurun waktu satu tahun sama sekali tidak memproduksi lagu.

”Satu lagu pun saya tidak bisa memproduksi. Untuk memproduksi sebuah CD, biayanya tidak sedikit, bisa ratusan juta rupiah sampai miliaran rupiah. Ironisnya, baru satu hari promosi di TV, besoknya sudah ramai keluar album bajakan saya. Jangankan untung, balik modal saja tidak,” terang dia.

Mewakili seniman se-Jawa Tengah dan Jawa Timur, Cak Diqin, dalam orasinya berujar pembajakan membuat seniman semakin terpasung, banyak seniman yang terancam.

Ini menjadi ironi terutama bagi seniman Kota Solo. Kota Solo yang merupakan kota budaya sudah sepatutnya bila seniman bisa mencukupi kebutuhan hidup dari budaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya