SOLOPOS.COM - Agoes Dhewa (JIBI/Solopos/Insetyonoto)

Pembacaan puisi dilakukan seorang mantan jurnalis di Semarang berhasil menarik perhatian. 

Kanalsemarang.com, SEMARANG-Seorang lelaki dengan mengenakan baju warna putih, muncul di tengah temaram lampu ruang yang cukup luas dan nyanyian tembang Jawa yang dibawakan seorang perempuan dengan iringan gamelan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Setelah jeda sejenak, dia membacakan puisi berjudul Perjalanan Menjelang Larut. Puisi yang menceritakan penindasan terhadap perempuan itu membuka pembacaan puisi karya Agoes Dhewa. Ya, lelaki itu adalah Agoes Dhewa, mantan jurnalis media cetak dan televisi ini mencoba membacakan karya-karyanya mulai 1980-an sampai 2015 yang bertema Atas Nama Manusia.

Penampilan perdana penyair yang telah menghilang cukup lama, mampu menarik perhatian puluhan orang, termasuk istrinya untuk hadir memenuhi ruang Galeri Gallery di Jl. Bougenville Raya II, Perumahan Sendangmulyo, Kota Semarang, Jumat (12/6/2015) malam.

Setelah menyapa penonton dan mengenalkan istri Andrianti Sardjana dan dua orang putrinya yang ikut hadir, Agoes Dhewa pun melanjutkan pembacaan puisi.

Beragam tema puisi, tapi kebanyakan tentang kemanusiaan dibacakan, dengan nada yang tidak meledak-ledak. ”Saya sebenarnya penulis puisi, bukan pembaca puisi,” katanya. Dua orang perempuan Niken Ardhani dan Prieh Rahardjo dari Teater Lingkar, Semarang secara bergantian ikut terlibat membaca puisi bersama Agoes Dhewa.

Mantan jurnalis itu membacakan 12 puisi, seperti Sajak Sampah, Atas Nama Manusia, Puisi Doa: bagi ibuku Rusminatun, dan Kereta Untuk Istriku.

Puisi berjudul ”Sebenarnyalah Kamu Hanya Wanita” menutup pentas malam yang berlangsung sekitar satu jam itu .
”Puisi ini [Sebenarnyalah Kamu Hanya Wanita] saya tulis setelah melakukan reporetase jurnalistis tentang kehidupan wanita pekerja seks komersial di Semarang,” kata Agoes Dhewa.

Dia mengaku semua puisi yang ditulis merupakan kisah nyata yang dialami dalam kehidupan. ”Kalau saya menulis puisi adalah kisa nyata, tapi kalau saya menulis cerpen itu murni ilusi, khayalan,” ungkapnya.

Sejumlah penyair asal Semarang tampak hadir, antara lain Tampak hadir sejumlah penyair antara lain Handry T.M, Agus Maladi Irianto, St. Sukirno, Tohar Tokasapu, Maston, Mulyo Hadi Purnomo, Basa Basuki, dan Eko Tunas.
Penampilan Agoes Dhewa ternyata juga menarik minat beberapa politisi yakni, Ketua DPRD Kota Semarang, Supriyadi, anggota Fraksi Partai Demokrat DPRD Jateng, Bambang Eko.

Ada yang menarik dalam acara tersebut, Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi yang datang terlambat didaulat untuk membacakan puisi.Hendi sapaan Hendra Prihadi membacakan puisi berjudul Surat Seorang Wali Kota Untuk Thomas Karsten. Puisi itu tentang awal pembangunan Pasar Johar sampai terbakar pada Mei 2015.

Pemilik Galeri Galley, Teguh H.P. mempersilahkan kepada para penyair dan seniman untuk memanfaatkan galerinya untuk aktivitas berkesenian, ”Galeri ini tanpa pintu, terbuka bagi semua orang,” ujar alumnus Fakultas Sastra Undip Semarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya