Pemanasan global diantisipasi BLH Jogja dengan menggiatkan penghijauan
Harianjogja.com, JOGJA-Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Jogja tidak memiliki cara lain ampuh menghadapi anomali iklim akibat global warming atau pemanasan global, kecuali dengan menggiatkan penghijauan dan perubahan perilaku masyarakat.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Kepala Kantor BLH Kota Jogja, Suyana mengatakan selama ini pihaknya berupaya menambah ruang terbuka hijau, melakukan pemangkasan pohon agar tumbuh daun baru. “Dengan pohon bisa menyerap polutan di sekitar kita,” katanya, Kamis (17/3/2016).
Menurutnya pemangkasan pohon perindang yang sudah tua tidak semata-mata karena membahayakan namun juga diharapkan tumbuh daun baru. Tumbuhan akan menyerap karbon dioksida untuk proses fotosintesis dan akan melepaskan oksigen ke udara.
Selain itu, pihaknya juga terus mengingatkan masyarakat untuk mengurangi penggunaan bahan yang berbahan aerosol atau sejenis botol parfum dan botol obat nyamuk, mengganti penggunaan bahan bakar fosil dengan bahan bakar alternatif, misalnya air, angin, dan sinar matahari, menghemat listrik, serta membiasakan diri untuk mendaur ulang sampah.
Suyana mengaku sampai saat ini belum ada intruksi dari pemerintah pusat untuk mengembangkan perdagangan karbon. “Mungkin karena dari perdagangan karbon memang hasilnya kecil,” ujar Suyana.
Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY mencatat suhu rata-rata Februari 2016 mencapai 33,4 derajat celsius. Suhu itu merupakan suhu tertinggi dari 10 tahun terakhir. BMKG DIY juga menyebut telah terjadi peningkatan suhu sekitar 0,04 derajat celcius per tahun sejak 2007 lalu.
Koordinator Operasional Stasiun Klimatologi BMKG DIY Joko Budiono mengatakan meskipun selisihnya sangat kecil peningkatan suhu tersebut, namun kenyataan itu menjadi bukti kuat adanya anomali dalam iklim dunia.
Joko memperkirakan pemanasan global menjadi penyebab utama terjadinya tren peningkatan suhu tahunan dan rekor suhu tertinggi di bulan Februari 2016. “Penyebab utamanya nya adalah global warming,” kata Joko.