SOLOPOS.COM - Keluarga bersama kerabat melihat almarhum untuk terakhir kali seusai persembahyangan pemberangkatan jenazah Ganif Aryanto di Rumah Duka RS Betesda, Yogyakarta, Minggu (21/06/2015). Pemakanan ini terbilang unik karena keluarga mewujudkan wasiat almarhum yang berkeinginan didandani dengan mengenakan jersey lengkap dengan sepatu boots saat dimakamkan. Sejumlah komunitas off road di Yogyakarta juga mengawal jenasah menuju ke pemakaman menggunakan motor trail. (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Pemakaman unik di Jogja dilakukan pada seorang penggiat motor trail. Ia dimakamkan dengan jersey lengkap dengan sepatu boot trail

Harianjogja.com, JOGJA-Kecintaan Ganef Aryanto, pegiat komunitas trail di Jogja yang berdomisili di Tegalrejo Kota Jogja, terhadap hobinya dibuktikan sampai ia menutup usia.

Promosi Selamat Datang di Liga 1, Liga Seluruh Indonesia!

Hari ini, Minggu (21/6/2015), bapak dari lima anak itu dimakamkan dengan berbalut pakaian dan perlengkapan rider, mulai dari sarung tangan, sepatu, hingga jaket. Tidak hanya itu, ratusan anggota komunitas trail yang tergabung dalam IOF 2X1 Pengda Jogja pun ikut mengantarnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Iring-iringan motor trail sejalan dengan ambulan menembus jarak tak lebih dari lima kilometer, dari RS Bethesda menuju pemakaman di Blunyahrejo, Jetis.

Popo, demikian sapaan akrabnya, berpulang karena penyakit kanker getah bening. Di komunitas trail, namanya cukup dikenal komunitas karena aktif dalam berbagai kegiatan. Terakhir, laki-laki berumur setengah abad itu tergabung dalam komunitas motor trail Enrico. Dimakamkan dengan kostum rider lengkap menjadi keinginan terakhir Popo yang disampaikan kepada beberapa teman dan keluarganya.

Indra Dwi Priyoko, keponakan Popo, memiliki banyak pengalaman yang tak terlupakan bersama dengan almarhum semasa hidupnya. Kokok, demikian panggilannya, bisa dibilang menjadi salah satu saksi perjalanan Popo berkecimpung dengan hobinya.

“Sebelum gabung di komunitas saya dengan Oom Popo suka rally sendiri, waktu itu Oom Popo masih pakai motor Shogun dan saya pakai Satria yang kami modifikasi sendiri,” kenang laki-laki kelahiran 28 tahun silam itu.

Pernah pula, kata dia, pasca erupsi Merapi 2006 bersama dengan adik kandung sang ibu itu menjelajah hutan Merapi.

Baginya, Popo yang sehari-hari menunggangi KLX seorang petualang sejati, tidak memiliki rasa takut, ambisius dan selalu penasaran dengan banyak hal.

Pandu Bani, anggota komunitas trail Jogja menuturkan pertemuannya dengan Popo biasa diisi dengan berdiskusi seputar motor trail dan kegiatan yang dilakukan.

“Saya memang tidak terlalu akrab tetapi setiap kali kami bertemu selalu membahas seputar trail,” ujar laki-laki yang juga mengemudikan ambulan dan mengantarkan jenazah Popo ke permakaman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya