SOLOPOS.COM - Petani lebah madu, Sadino, menunjukkan sarang lebah hasil ternak di rumahnya, Wonosaren, Jagalan, Jebres, Solo, Selasa (4/7). Madu hasil dari ternak lebah tersebut dijual Rp250.000 per 400 mililiter. (JIBI/Solopos/Nicolous Irawan)

Warga Kampung Wonosaren RT 005/008, Kelurahan Jagalan, Jebres, Solo membudidayakan lebah untuk menghasilkan madu di tengah sempitnya permukiman. Mereka menjual madu 400 ml seharga Rp250.000.

Solopos.com, SOLO – Apa yang Anda bayangkan kita bicara ternak madu? Tentu kotak-kotak tempat koloni madu berada, misalnya di tengah hutan atau padang rumput. Apa jadinya jika koloni madu dibudidayakan di tengah kota seperti di Solo? Mustahil? Tentu saja tidak.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Di deretan rumah mungil di Kampung Wonosaren RT 005/008, Kelurahan Jagalan, Jebres, Solo, diproduksi madu yang digandrung konsumen asal Solo sampai Semarang. Adalah Sadino, warga asal Dusun Widoro, Desa Sumberwungu, Tanjungsari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang memulai produksi madu di kawasan Jagalan pada 1983.

Berbekal keterampilan yang ia bawa dari kampung halaman, Sadino mulai menjajal ternak lebah madu di tanah rantau sebagai penambah penghasilan. “Dulu saya bekerja sebagai buruh di salah satu pabrik tekstil. Karena sudah familiar dengan lebah madu, jadi saya beternak lebah madu untuk menambah penghasilan,” ujarnya saat ditemui di rumahnya, Selasa (04/07/2017).

Sadino sempat bekerja pada pabrik tektil di Soloraya, namun kena pemutusan hubungan kerja (PHK) 12 tahun lalu. Dia lalu menjajal berjualan makanan ringan, namun mengalami kecelakaan. Sejak itu dia bertekad mengembangkan budi daya lebah menghasilkan madu.

Dengan rumah tanpa pekarangan dan teras rumah yang hanya secuil, tak lebih dari 1 meter, dia memproduksi madu. Koloni madu berada dalam kubus-kubus kayu yang ditempatkan di atas sederet bambu. Bambu dipasang menghubungkan lantai II rumah dengan tembok sebuah SD yang tinggi di depan rumah. DI bambu itu kubus diletakkan

Di dalam kubus-kubus itulah ratusan lebah madu Apis cerana keluar masuk setiap hari. Koloni lebah itu membawa nektar yang kemudian diolah menjadi tetesan madu di dalam kubus tersebut. Melalui tetesan madu itu, Sadino, menafkahi keluarganya setiap hari.

Apakah lebah tidak menyengat warga? Menurut Sadino, tidak. “Lebah-lebah ini tidak mengganggu, apalagi menyengat orang jika tidak diganggu. Jadi jangan khawatir kalau disengat lebah kalau tidak mengganggu. Warga sekitar juga tidak pernah disengat lebah meski jarak antarrumah berdekatan,” terang dia.

Seiring berjalannya waktu, pelanggan madunya semakin banyak dan berasal dari luar Soloraya. Kubus-kubus sebagai rumah koloni lebah ia tambah sehingga kapasitas produksinya juga bertambah. Beberapa warga Jagalan tertarik melihat cara beternak lebah madu yang tidak memakan tempat namun memiliki prospek yang cukup bagus. Akhirnya ada 15 keluarga setempat yang ikut membudidayakan lebah madu.

“Sekarang saya memiliki 40 kubus koloni lebah madu. ukurannya bermacam-macam. Ada yang 40 x 50 cm, 20 x 30 cm, 50 x 60 cm, dan lain-lain. Warga Jagalan juga semakin banyak yang beternak lebah madu di rumah mereka. Total ada 15 KK yang beternak lebah madu melalui perantara saya,” tuturnya.

Mereka menjual madu seharga Rp250.000 per 400 ml. Madu tersebut laris diburu pembeli dari Solo dan sekitarnya, Semarang sampai Blora dan Ngawi. Sadino mengaku sering kekurangan pasokan saking banyaknya permintaan. Nah, tertarik beternak madu di dekat rumah?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya