SOLOPOS.COM - Suasana di Pasar Gede Solo saat akhir pekan, Sabtu (27/4/2024). (Solopos.com/Ika Yuniati)

Solopos.com, SOLO –  Pegawai Negeri Sipil (PNS) asal Blora, Solecha, 34, berjalan pelan menyusuri lorong oleh-oleh di Pasar Gede Solo. Ia menenteng tas besar yang sudah disiapkan untuk wadah belanjaan.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Siang itu, Solecha dan teman-temannya memang sudah janjian belanja di Pasar Gede. Kebetulan ia sedang ditugasi dinas ke Solo dan berencana beli beberapa makanan untuk oleh-oleh keluarga di rumah.

Solecha biasanya membeli camilan aneka keripik, serundeng, hingga abon sapi. Tak lupa, dia mencicipi dawet Pasar Gede bersama rekan-rekannya. Siang itu ia sudah menyiapkan uang tunai hampir Rp500.000 sesuai barang yang akan dibeli.

Tapi rupanya, tak cukup. Beberapa saudara dan rekan kerjanya di Blora nitip untuk dibelikan makanan khas Solo. Awalnya dia mau menolak permintaan teman-temannya.

Namun karena melihat beberapa pedagang pakai pembayaran digital berupa quick response code Indonesian standard (QRIS), ia pun akhirnya membelikan titipan tersebut.

Padahal, sebelumnya Solecha hampir membatalkan belanja. “Kalau harus jalan jauh ke luar ambil uang [di mesin ATM] ya capek juga Mbak. Padahal terburu-buru. Untung ada yang pakai QRIS,” kata dia, Sabtu (27/4/2024).

Namun, ia mengakui tak mudah juga cari pedagang yang menggunakan transaksi digital. Hanya beberapa lapak yang menggunakannya.

Padahal jika semuanya pakai layanan digital, bakal lebih memudahkannya dalam belanja. Selain itu, sebagai wisatawan, ia juga tak perlu membawa terlalu banyak uang tunai karena lebih rawan kejahatan.

Kendati demikian, Solecha, tak menyalahkan pedagang karena memang tak semua aware soal pemanfaatan pembayaran digital dengan QRIS.

Kemudahan transaksi digital diakui penjual teh oplos Endah Maryan, 54. Demi mendongkrak omzet, sejak tiga tahun terakhir ia mulai memanfaatkan pembayaran digital QRIS yang didukung oleh BRI.

Penggunaan QRIS ini cukup membantu menggaet pembeli. Apalagi pembeli yang berasal dari luar kota rata-rata lebih senang melakukan pembayaran secara cashless.

Menurut Endah, transaksi digital tak hanya menguntungkan pembeli. Namun, juga dirinya sebagai penjual. Kadang saat ramai pengunjung dia kesusahan mencari uang pecahan kecil untuk pengembalian.

Setelah adanya QRIS, ia tak lagi bingung cari uang kembalian sehingga transaksi lebih cepat.

“Ya kalau bagi pedagang uangnya baru bisa diambil besoknya, enggak langsung dapat uang cash. Tapi enggak apa-apa kalau saya. Yang penting diteliti betul kalau uangnya sudah masuk,” kata dia.

Salah satu pegawai distributor buah di Pasar Gede, Erviana, menyampaikan hal senada.

Salah satu kelebihannya adalah menekan kriminalitas dan kemungkinan salah hitung uang tunai. Mengingat, transaksi jual beli yang biasa dia layani nominanya cukup besar.

Namun, menurutnya transaksi digital juga ada beberapa kelemahan. Misal, bagi dia sebagai pegawai, tak bisa langsung memastikan uang transaksi apakah sudah masuk ke rekening tokonya atau belum.

Nomina uang tersebut juga baru bisa diambil keesokan harinya. Di sisi lain, pembelinya mayoritas merupakan bakul buah dari beberapa daerah sekitar Soloraya.

Mereka belum familiar dengan QRIS, sehingga lebih nyaman membayar dengan uang tunai.

“Kadang juga ada yang transfer langsung. Kami juga melayani QRIS, tapi hanya beberapa yang menggunakan. Pembeli mayoritas lebih nyaman pembayarannya dengan uang tunai,” kata dia, Sabtu lalu.

Pentingnya Transformasi Digital

Dosen Fakultas Ekonomi UNS, Lukman Hakim, Senin (29/4/2024), mendukung literasi digital terus digalakkan ke semua lini.

Ia paham betul soal kekhawatiran pedagang maupun masyarakat yang belum terlalu melek teknologi.

Namun, program pemerataan digitalisasi harus terus dilanjutkan karena sudah menjadi program pemerintah pusat dengan tujuan mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien.

"Sudah sampai sini ya soal digitalisasinya. Anak-anak muda sudah mulai melek soal pembayaran digital. Tinggal sosialisasi kepada mereka yang belum paham," kata dia, Senin.

Terlebih, transaksi digital ini sudah diterapkan di berbagai daerah dan lintas negara seperti Malaysia dan Singapura.

Solo juga semakin ramai dengan menjadi tujuan wisata hingga sejumlah kegiatan meetings, incentives, conferences and exhibitions (MICE).

"Apalagi Solo menjadi kota pariwisata dan MICE ya. Kuliner, hotel, dan batik-batiknya bakal banyak diburu. Maka butuh perangkat itu [transaksi digital]," kata dia.

Lukman juga menyoroti keluhan pedagang soal kekhawatiran pedagang karena laporan keluar masuk transaksi QRIS tak bisa dilakukan dalam sehari.

Sarannya yakni Bank Indonesia menerapkan technology adoption dengan menggunakan alat print out misalnya sehingga setiap kali ada transaksi QRIS langsung ada bukti fisiknya.

"Misal seperti di Pasar Klewer yang perputaran ekonominya cukup masif. Sementara SDM di sana beragam, transaksi QRIS butuh disertai print out agar jelas uangnya sudah masuk belum," tambahnya.

Mengusung semangat mengembangkan perekonomian Tanah Air dengan tagline Memberi Makna Indonesia, BRI Kantor Cabang Solo Slamet Riyadi (Sosri) menekankan pentingnya transformasi digital.

Branch Manager BRI Kantor Cabang Solo Slamet Riyadi, Agung Ari Wibowo, Senin (18/3/2024), mengatakan ada beberapa strategi pengembangan yang mereka lakukan untuk mewujudkannya.



Mulai dari optimalisasi penggunaan QRIS maupun electronic data capture (EDC). “Kerapatannya [penggunaan QRIS maupun EDC BRI] harus kami kawal betul,” kata Agung, saat ditemui wartawan di kantornya, Senin.

Pihak BRI Kanca Sosri juga melakukan kolaborasi dengan sejumlah merchant untuk memaksimalkan layanan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Termasuk di sejumlah pasar tradisional.

Perbaikan juga terus dilakukan, misalnya mengenai program apa yang perlu dievaluasi hingga kendala atau trouble yang harus segera dibenahi.

Kelebihan lain yang dimiliki BRI yakni adanya teknologi terdepan dengan EDC system android dan satelit sendiri. EDC android menghasilkan interface tampilan yang lebih menarik, modern, dan user friendly.

Meskipun tetap ada beberapa kendala yang berkaitan dengan jaringan Internet di wilayah masing-masing.

Upaya pengembangan digitalisasi di pasar tradisional maupun komunitas juga terus mereka lakukan.

Misalnya di Komunitas Car Free Day (CFD) Solo, dengan tujuan menekan angka kejahatan di sana. Mengingat masih banyak keluhan copet hingga adanya uang palsu di CFD.

Bank Indonesia

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) telah mencanangkan gerakan nasional non-tunai (GNNT) pada 14 Agustus 2014 yang bertujuan menciptakan sistem pembayaran aman, efisien, dan lancar.

Harapannya, program ini dapat mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien.



GNNT juga diharapkan mampu meminimalisasi kendala dalam pembayaran tunai. Seperti uang tidak diterima karena lusuh/sobek/tidak layak edar dan meningkatkan efisiensi saat transaksi.

Sehingga masyarakat tidak perlu membawa uang dalam jumlah besar. Seiring dengan upaya meningkatkan GNNT, BI menyadari sistem pembayaran perlu beradaptasi dengan hadirnya teknologi digital.

Oleh karena itu, BI telah menerbitkan blueprint sistem pembayaran Indonesia (SPI) 2025, yang salah satu visinya mendukung digitalisasi perbankan sebagai lembaga utama dalam ekonomi-keuangan digital.





Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya