Pelemahan rupiah memengaruhi transaksi penjualan barang antik di Pasar Triwindu.
Solopos.com, SOLO — Pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memukul penjualan suvenir dan barang antik di Solo. Penguatan dolar AS yang diprediksi mengatrol penjualan justru semakin menekan daya beli masyarakat terhadap produk kerajinan lokal.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Salah satu pedagang di Pasar Triwindu, Suryadi, mengatakan penjualan suvenir dan barang antik semakin anjlok pada tahun ini.
“Seharusnya, penguatan dolar itu diikuti dengan kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara. Tetapi kenyataannya enggak, daya beli masyarakat malah semakin menurun,” urainya saat ditemui
Pedagang juga tidak bisa memanfaatkan momen liburan untuk menggenjot penjualan. Meski wisatawan masih cukup banyak, namun hanya sedikit yang tertarik untuk membeli kerajinan.
“Dulu sehari bisa sering mendapatkan pembeli. Sekarang, bisa seminggu enggak ada pembeli,” keluhnya.
Hingga saat ini, dia praktis mengandalkan penjualan lampu gantung kuno yang ditawarkan pada pasar lokal.
Lampu gantung kuno yang terbuat dari alumunium dijual dengan harga Rp275.000-Rp500.000 per buah. Lampu gantung yang terbuat dari besi dijual dengan harga Rp1 juta-Rp1,5 juta per buah. Sedangkan, lampu gantung dari kuningan dijual seharga Rp2juta-Rp2,5 juta per buah.
Penurunan penjualan juga dirasakan oleh pedagang lain, Sarmi Tono. “Sekarang hari libur atau hari biasa sama saja. Kami juga enggak berani menaikkan harga karena memang lagi sepi,” katanya.