SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Pelemahan rupiah berimbas pada pengrajin tahu tempe yang menggunakan bahan baku kedelai impor.

Solopos.com, SOLO — Harga kedelai naik seiring fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pengrajin tahu dan tempe di Solo pun menyiasatinya dengan mengurangi ukuran.

Promosi BRI Group Buka Pendaftaran Mudik Asyik Bersama BUMN 2024 untuk 6.441 Orang

Selama ini kedelai di Indonesia masih mengimpor dari AS sehingga nilai tukar rupiah yang menyentuh Rp14.000 sangat berpengaruh terhadap harga kedelai impor.

Karyawan Toko Joko di Jl. Dr. P. Lumban Tobing, Solo, Erin Yuliani, mengatakan harga kedelai impor naik sejak dua pekan lalu. Kedelai impor sebelumnya dijual Rp6.650/kg naik menjadi Rp6.900/kg.

“Akibat kenaikan harga kedelai, penjualan menurun karena pembeli yang notabene pengrajin tahu dan tempe mengurangi pembelian. Dalam sehari biasanya bisa menjual 2 ton kedelai tapi saat ini turun menjadi 1,75 ton,” ungkap Erin saat ditemui wartawan di tempat jualannya, Kamis (27/8/2015).

Namun dia mengungkapkan hingga saat ini harga kedelai lokal masih stabil di harga Rp6.600/kg.

Pedagang kedelai di Pasar Legi, Santoso, mengatakan harga kedelai sangat rentan dimainkan karena Indonesia sangat tergantung dengan kedelai impor.

Dia menyampaikan sebelumnya harga kedelai impor ini pernah menyentuh harga Rp10.000/kg akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap AS. Hal ini karena kedelai lokal kurang diminati masyarakat dan jumlahnya terbatas.

Salah satu pengrajin tahu di Mojosongo, Riyani, mengatakan telah mengurangi ukuran tahu sekitar sebulan lalu. Hal ini karena harga kedelai sudah mulai naik sejak setelah Lebaran. Dia menjelaskan biasanya satu Loyang tahu dipotong menjadi 100 biji tapi saat ini menjadi 110 biji.

“Harga kedelai naik dari Rp6.800/kg menjadi Rp7.250/kg. Walaupun hanya naik Rp450 tapi itu tetap tinggi karena sekali beli kedelai biasanya 90 kg,” kata Riyani saat ditemui secara terpisah.

Dia mengaku memilih mengurangi ukuran dari pada menaikkan harga. Hal ini karena apabila harga dinaikkan biasanya pelanggan akan lari.

Salah satu pedagang tempe di Pasar Legi, Rusmini, menyampaikan harga tempe naik Rp500 dari Rp2.000/potong menjadi Rp2.500/potong karena harga kulak dari pengrajin juga naik.

“Kenaikan harga ini membuat penjualan menjadi turun meski pasokan sebenarnya lancar,” ujarnya.

Pedagang tempe lainnya, Sulastri, mengungkapkan harga tempe masih stabil tapi ukurannya lebih kecil jika dibandingkan sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya