SOLOPOS.COM - Ilustrasi Valas.(Dok/JIBI/Solopos).

Pelemahan rupiah membuat akasi jual valas naik 10%-20%.

Solopos.com, SOLO — Aksi jual valuta asing (valas) oleh masyarakat hanya naik sekitar 10%-20% meski nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) telah menyentuh Rp14.000. Hal ini diprediksi karena masyarakat masih menunggu adanya kemungkinan rupiah semakin melemah.

Promosi BRI Group Berangkatkan 12.173 Orang Mudik Asyik Bersama BUMN 2024

Branc Manager Bank J Trust Indonesia Cabang Solo, Ekagara Rendra Kusuma, menyampaikan secara fundamental ekonomi Indonesia kuat tapi kondisi global yang bermasalah sehingga berimbas pada perekonomian nasional.

Ekspedisi Mudik 2024

Namun dia menilai kondisi ini hanya terjadi secara sesaat akibat kepanikan pasar yang menyebabkan rupiah undervalue.

“Setelah nilai tukar rupiah menyentuh angka Rp14.000 penukaran [aksi jual] valas masyarakat tidak naik secara signifikan hanya naik 10%-20% jika dibandingkan bulan biasa. Kalau untuk aksi beli valas oleh masyarakat cenderung stabil,” ungkap Ekagara saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (27/8/2015).

Dia mengatakan pembelian valas oleh masyarakat biasanya dilakukan oleh kalangan pengusaha dan biro haji sehingga nilainya cenderung stabil dan nilainya cukup tinggi. Stabilnya aksi beli valas oleh perusahaan ini karena kebutuhan untuk produksi.

Menurut dia, aksi beli valas oleh perusahaan sudah cenderung stabil karena fluktuasi nilai tukar tidak terlalu tinggi meski rupiah sudah menembus nilai fundamental.

Aksi jual valas masyarakat ini dilakukan untuk memperoleh keuntungan dari disparitas yang cukup besar. Namun dia menjelaskan valas yang ditukarkan biasanya tidak lebih dari US$1.000 dan sudah terjadi sejak Lebaran. Oleh karena itu, aksi jual masyarakat ini tidak berpengaruh terhadap penguatan nilai rupiah.

Dia juga mengatakan secara umum, rupiah tidak terlalu terpuruk karena hanya melemah untuk beberapa mata uang, seperti dolar AS, yen Tiongkok, dan dolar Singapura. Namun jika dibandingkan negara tetangga lainnya, nilai tukar rupiah menguat.

“Rupiah masih bisa reborn meski faktor eksternal sangat berpengaruh. Namun BI [Bank Indonesia] telah berupaya untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dan pasar saham. Selain itu, pemerintah juga berencana untuk menggelontorkan dana APBN,” katanya.

Dia pun menilai jika posisi rupiah terlalu lama berada di angka Rp14.000, rupiah akan membentuk nilai ideal yang baru. Lebih lanjut, Eka mengungkapkan utang valas oleh perusahaan juga cenderung menurun seiring dengan menurunnya impor maupun ekspor produk.

“Kami masih optimistis kondisi perekonomian bisa lebih sehingga perbankan pun belum merevisi target pertumbuhan, penyaluran kredit, maupun penghimpunan DPK,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya