SOLOPOS.COM - TRUK tangki tengah menyiram air untuk mengurangi debu proyek pelebaran jalan di Jalan Raya Solo-Sragen tepatnya di Kebakkramat, Karanganyar, Senin (16/7/2012). (JIBI/SOLOPOS/Indah Septiyaning W)

TRUK tangki tengah menyiram air untuk mengurangi debu proyek pelebaran jalan di Jalan Raya Solo-Sragen tepatnya di Kebakkramat, Karanganyar, Senin (16/7/2012). (JIBI/SOLOPOS/Indah Septiyaning W)

KARANGANYAR- Warga Kecamatan Kebakkramat mulai mengeluhkan polusi udara yang ditimbulkan dari proyek pelebaran jalan raya Solo-Sragen. Bahkan tidak sedikit dari warga yang mengalami gangguan pernafasan akibat debu dari proyek tersebut.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Warga Kemiri, Yanti, 52 ketika dijumpai Solopos.com di kediamannya, Senin (16/7/2012), menuturkan polusi udara meningkat sejak proyek pelebaran jalan dikerjakan menjadi empat jalur. Debu yang ditimbulkan sangat pekat dan sering kali mengganggu sistem pernafasan. “Debunya bikin batuk. Kasihan anak kecil,” tuturnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Tidak hanya itu, dia juga mengeluhkan debu yang menempel di barang dagangan toko kelontong miliknya. Dalam sehari, dia mengaku tiga-empat kali membersihkan debu yang menempel di barang dagangannya. “Mbleduge akeh banget sing nempel nang dagangan,” keluhnya.

Senada diungkapkan warga lain, Waluyo, 55, terpaksa menutup warung makannya. Dia mengatakan proyek pelebaran jalan menyebabkan jumlah pembeli menurun drastis. Pembeli tidak lagi nyaman membeli makanan di warung miliknya tersebut. “Piye meh mangan. Wong debune ra karuan. Opo meneh nek ada bus nekat lewat, mbleduge sampe nggawe sesek nafas,” ujarnya.

Kini, Waluyo memilih bekerja di pabrik sampai proyek pelebaran jalan rampung. Hal ini diakuinya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari akibat warung makannya yang tutup. Warga Gedangan, Suwarno juga merasakan hal yang sama. Dia terpaksa memindahkan barang dagangannya lantaran debu yang ditimbulkan dari proyek pelebaran jalan.

Dia bersama warga lainnya berharap proyek pelebaran jalan cepat rampung. Sehingga polusi udara yang ditimbulkan tidak menganggu
aktivitas warga. Dia juga berharap penyemprotan air ditambah untuk mengurangi polusi udara yang ada. “Selama ini jalan disemprot air
sehari sekali atau terkadang dua kali. Kalau bisa ditambah bisa tiga kali,” pintanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya