SOLOPOS.COM - Ketua Komisi III Honda Hendarto (kiri) menunjukkan sensor pintu otomatis di hall kedatangan Terminal Tirtonadi Solo yang rusak saat sidak, Senin (13/7/2015).(JIBI/Solopos/Tri Rahayu)

Pelayanan Terminal Tirtonadi pada tiket masuk peron diduga dinaikkan.

Solopos.com, SOLO—Pelayanan tiket masuk peron di Terminal Tirtonadi Solo naik tidak sesuai ketentuan yang tercantum di depan loket. Para penumpang mestinya hanya membayar tiket masuk Rp500/orang ternyata petugas memungut Rp1.000/orang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sementara fasilitas lain di terminal yang menjadi percontohan nasional itu juga tidak berfungsi. Sebanyak 30 unit pendingin udara portabel di peron sisi barat mati. Kemudian fasilitas air bersih di toilet juga mampet ketika salah satu keran air mengalir.

Semua pelayanan dan fasilitas tersebut menjadi temuan Komisi III DPRD Solo saat inspeksi mendadak (sidak) di Terminal Tirtonadi Solo, Senin (13/7/2015). Wakil Ketua Komisi III DPRD Solo, Sugeng Riyanto, sempat mencoba masuk peron dengan menyerahkan selembar uang Rp5.000 kepada petugas loket masuk. Sugeng kaget ternyata petugas hanya memberi kembalian Rp4.000. Padahal di depan loket itu terdapat keterangan berukuran besar tiket masuk peron hanya Rp500/orang. Dengan tiket itu, penumpang bisa mendapatkan fasilitas toilet, musala, dan seterusnya secara gratis.

Ekspedisi Mudik 2024

“Mestinya petugas mengembalikan Rp4.500. Kenapa hal itu tidak dilakukan. Padahal di meja loket ada banyak recehan uang logam Rp500. Selain itu saya tidak dikasih tiket masuk peron. Ini temuan langsung di lapangan dan menjadi catatan Komisi III. Setelah terminal bebas dari pungutan liar di toilet, ternyata ada pungutan liar dalam bentuk lain pada tiket masuk peron,” kata Sugeng saat berbincang dengan solopos.com di sela-sela sidak, Senin siang.

Dia berharap petugas mestinya memungut tiket masuk peron sesuai dengan nominal yang tertera dalam papan sosialisasi. Dia juga menyayangkan tidak adanya fasilitas tempat untuk charge HP dan fasilitas musalanya tidak terintegrasi dengan tempat wudlu.

Seorang pemudik dengan tujuan Surabaya, Lia juga mendapat pelayanan senada saat masuk peron. Lia mengaku menyerahkan uang Rp10.000 ternyata hanya diberi uang kembali Rp9.000. “Saya tidak tahu harga tiketnya. Saya hanya bayar tiket masuk peron kemudian dikasih tiket dan uang kembali. Ini uang kembalinya hanya Rp9.000,” kata dia.

Selain pelayanan itu, seorang pemudik asal Jakarta, Aris Budiman, mengeluhkan mampetnya air di washtafle toilet di Terminal Tirtonadi. Dia bersama dua orang anaknya menyampaikan keluhan itu kepada salah satu anggota Komisi III, Siti Muslikah. “Iya, itu airnya tidak mengalir. Saya enggak tahu itu,” kata Aris saat ditemui solopos.com

Siti pun segera mengecek toilet. Siti mengatakan mampetnya air di toilet disebabkan pemasangan instalasi air yang tidak pas. Dia mengatakan bila salah satu keran air dihidupkan maka keran air lainnya tidak mengalir. Siti juga menjumpai sebanyak 30 unit pendingin udara (AC) portabel di hall kedatangan dan ruang tunggu tidak hidup.

“Kalau pendingin udaranya tidak hidup membuat kenyamanan penumpang berkuang. Apa yang saya lihat di lapangan tidak sesuai dengan paparan saat rapat. Di hall kedatangan juga begitu. Ada AC tetapi pintu dibiarkan terbuka. Padahal di pintu keluar itu ada petugas dan petugas tidak menutup pintunya,” tambah dia.

Ketua Komisi III Honda Hendarto berharap pintu masuk dari tempat penurunan penumpang ke hall kedatangan dipasang pintu otomatis. Ternyata upaya itu sudah dilakukan UPTD Terminal Tirtonadi yang memasang pintu otomatis di pintu utama. Namun pintu itu pun rusak.

Sementara Kasubag Tata Usaha Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Terminal Tirtonadi Solo, Joko Supriyanto, akan memberi peringatan kepada para petugas yang tidak mentaati ketentuan itu.

Dia mengaku sudah memberi instruksi agar tidak melakukan hal-hal di luar aturan. Untuk antisipasi itu, Joko juga sudah memasang papan berisi keterangan nilai tiket masuk lengkap dengan fasilitas.

“Kami berharap para penumpang memiliki kesadaran untuk meminta uang kembali yang sesuai. Di sisi lain, kami akan menertibkan petugas di sejumlah lokasi masuk peron,” tambah dia.

Kepala UPTD Terminal Tirtonadi Solo, Eko Agus Susanto, mengatakan mestinya para penumpang tidak memberi peluang bagi petugas untuk melakukan penarikan sesuai dengan ketentuan yang ada. Eko berpendapat banyak penumpang yang bayar tiket masuk peron kemudian pergi begitu saja tanpa mengecek uang kembalian.

“Sebenarnya adanya ketentuan Rp500/orang itu bertujuan agar penumpang segera bisa menyiapkan uang recehan. Setiap hari para petugas itu juga dibekali dengan uang recehan Rp500. Yang jelas ketentuan tiket masuk peron itu belum masuk dalam peraturan daerah (perda). Pada Perda Retribusi itu pun belum ada,” kata Eko.

Dia mengakui banyak fasilitas terminal yang masih kurang sehingga berpengaruh pada kenyamanan penumpang. Dia menyebut 30 unit AC portabel itu merupakan bantuan APBD dengan kapasitas 1,5 PK. Padahal kekuatan listrik terminal, kata dia, hanya untuk pendingin berkapasitas 3 PK.

“Kami mengusulkan sistem pendingin udara terminal dipusatkan. Namun usulan itu khawatir akan ditolak DPRD karena bangunan terminal belum diserahterimakan ke pemerintah kota. Bahkan ada proses pengalihan aset ke pemerintah pusat yang finisnya pada akhir 2016,” imbuh dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya