SOLOPOS.COM - Boy T. Harjanto menerangkan materi Dasar-Dasar Fotografi Jurnalistik kepada peserta pelatihan Fotografi Jurnalistik yang diadakan Lembaga Pelatihan Jurnalistik Solopos (LPJS), di Ruang Feature Griya Solopos, Selasa (15/3/2016).(Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos

Pelatihan jurnalistik Solopos bidang fotografi di Solopos digelar dua hari, Selasa-Rabu (15-16/3/2016).

Solopos.com, SOLO – Foto seorang perempuan berdiri di dekat pohon yang tumbuh di kompleks Candi Prambanan, Klaten begitu mengundang perhatian belasan orang di Ruang Feature Griya Solopos, Selasa (15/3/2016). Foto yang ditampilkan menggunakan alat proyektor tersebut membuat mereka kompak menolehkan kepala ke arah tembok bagian selatan.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Foto yang diambil dengan menggunakan teknik siluet tersebut merupakan karya kontributor Liputan6, Boy T. Harjanto. Foto yang pernah digunakan sebagai headline media Jakarta Globe pada 2011 itu tengah dipamerkan Boy T. Harjanto kepada para peserta pelatihan Fotografi Jurnalistik yang diadakan Lembaga Pelatihan Jurnalistik Solopos (LPJS).

Boy yang menjadi pembicara dalam pelatihan Foto Jurnalistik mengungkapkan, foto siluet masih banyak diminati masyarakat. Dia bercerita setiap kali upload di media sosial, foto siluet kerap mendapat banyak like atau disukai. Boy mengutarakan masyarakat maupun para fotografer perlu mempelajari teknik-teknik dasar memotret agar bisa menghasilkan foto yang sempurna.

Ekspedisi Mudik 2024

“Teknik memotret siluet adalah teknik dengan meletakan objek berlawanan dengan cahaya, sedangkan cahaya berfungsi untuk mempertegas garis-garis obyek. Selain siluet, ada teknik-teknik dasar yang sering dipergunakan dalam memotret, antra lain panning, tajam sempit, slow motion, stop action, refleksi, dan framing,” kata Boy kepada peserta.

Boy mendefinisikan foto jurnalistik adalah foto yang merepresentasikan peristiwa yang terjadi saat foto dibuat orang, di mana dia berada di tempat tersebut sebagai pelaku yang merekam melalui media fotografi. Menurut dia, foto jurnalistik tidak ada manipulasi digital. Manipulasi foto diperbolehkan sebatas membersihkan debu atau goretan di foti akibat scan. Selain itu, subyek bukan model atau orang yang diberikan imbalan dalam proses pembuatan foto.

“Agar dapat memperoleh foto jurnalistik yang bagus, teman-teman perlu melakukan beberapa hal, antara lain mempelajari dan menguasai teknik-teknik dasar fotografi jurnalistik, menerapkan teknik-teknik fotografi saat melakukan pemotretan, belajar secara langsung kepada orang yang menguasai fotografi jurnalistik, serta mengupdate isu-isu yang terjadi,” papar Boy.

Boy tidak sedirian, pelatihan Fotografi Jurnalistik yang diikuti 15 peserta dari berbagai latar belakang pekerjaan tersebut dibersamai pemateri Redaktur Foto Solopos Burhan Aris Nugroho dan Reporter Foto Sunaryo Haryo Bayu. Setelah Boy, Sunaryo Haryo Bayu memaparkan materi Teknik Memotret dan Komposisi Foto, kemudian Burhan Aris menjelaskan soal Editing Foto, Caption Foto dan Esai Foto.

Salah seorang peserta pelatihan Fotografi Jurnalistik yang bekerja sebagai pengusaha properti di Solo, Aldrin Yusuf, 45, menyampaikan alasan mengikuti pelatihan karena gemar dengan dunia seni. Dia mengaku selama ini memotret hanya menggunakan teknik asal-asalan. Aldrin ingin bisa memotret dengan menggunakan teknik baik dan benar.

“Saya suka seni. Selama ini kalau memotret ya biasa saja, tidak terlalu memperhatikan teknik. Kebetulan ada informasi pelatihan, saya mau belajar. Kalau hanya belajar dengan membaca buku tentang materi fotografi kurang lengkap, harus diskusi dengan ahlinya,” kata Aldrin kepada solopos.com di sela-sela mengikuti pelatihan.

Senada, peserta lain asal Karanganyar yang merupakan seorang guru di sebuah tamam kanak-kanak (TK), Anggi Anggraeni, mengungkapkan alasan mengikuti pelatihan agar tahu mengenai teknik-teknik memotret yang baik. Dia berhasrat akan menularkan pengetahuan mengenai fotografi jurnalistik kepada anak-anak.

Manager Litbang dan Pusdok Solopos, Sholahuddun, mengutarakan pelatihan digelar untuk mengenalkan kepada masyarakat atau para peserta mengenai cara membuat foto jurnalistik yang baik dan benar sehingga layak dipubulikasikan di media, termasuk media pribadi seperti website maupun akun media sosial. Dia berharap masyarakat semakin bisa memuat konten foto yang edukatif.

Sholahuddin menyampaikan pelatihan Fotografi Jurnalistik diadakan selama dua hari, Selasa-Rabu (15-16/3/2016). Pelatihan pada hari pertama digunakan untuk pemaparan teori. Setelah mendapat materi, para peserta mendapat tugas untuk memotret berbagai hal berdasarkan teori. Sedangkan pelatihan hari kedua dimanfaatkan untuk mengevalusi hasil karya para peserta yang dibersamai para pemateri.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya