SOLOPOS.COM - PENJAGAAN -- Personel Polri melakukan penjagaan ketat di depan GBIS Kepunton di Jalan Arif Rahman Hakim, Solo, Senin (26/9/2011). (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Kasus bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Kelurahan  Tegalharjo, Kecamatan Jebres, Solo, Minggu (25/9/2011) pukul 10.55 WIB, masih banyak menyisakan tanda tanya.

PENJAGAAN -- Personel Polri melakukan penjagaan ketat di depan GBIS Kepunton di Jalan Arif Rahman Hakim, Solo, Senin (26/9/2011). (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Beberapa warga setempat memberikan kesaksian dalam beragam versi. Beberapa warga menyakini bahwa pelaku bom bunuh diri datang ke lokasi gereja tidak sendirian, namun bersama seorang laki-laki yang hingga kini masih misterius. Salah satu saksi sekaligus warga setempat, Mulyadi sempat berpapasan dan mengajak obrol dengan pelaku bom bunuh diri di warung makan miliknya Minggu pagi. Mulyadi mengisahkan sekitar pukul 07.00 WIB, dirinya baru saja membuka warung makan yang sudah dipersiapkan sejak pagi buta. Saat itu, Mulyadi melihat sendiri dua orang laki-laki melintas di depan warungnya.

Terjadi perbincangan antara dua orang laki-laki, namun Mulyadi tidak tahu persis materi perbincangan itu. Kemudian, seorang laki-laki memakai baju krem, celana hitam, topi hitam, dengan membawa tas ransel mampir ke warungnya. “Ya, saya masih ingat betul bahwa sosok laki-laki yang tewas di gereja itu merupakan orang yang mampir ke warung saya,” terangnya saat Espos menunjukkan foto pelaku, Senin (26/9/2011) malam.

Sementara satu laki-laki bercirikan memakai baju biru, tinggi badan sekitar 160 cm, kurus, rambut agak bergelombang, memakai celana hitam, sepatu hitam, pergi entah kemana. “Saya tidak tahu perginya seorang laki-laki yang merupakan teman pelaku itu,” kisah Mulyadi.

Keterangan Mulyadi dibenarkan oleh isterinya, Tri Wahyuni, 44. Pada Minggu pagi itu, Tri sendiri yang melayani pesanan minuman seorang laki-laki yang diduga pelaku bom bunuh diri. “Orang itu memesan satu gelas es teh, selang beberapa menit kemudian laki-laki itu menambah pesanan satu gelas es teh lagi. Bu ajeng nambah malih es teh (Bu, mau tambah lagi pesanan es teh-red),” ujar Tri menirukan laki-laki menggunakan logat bahasa jawa halus.

Saat berada di warung tersebut, Tri mencoba mengajak ngobrol dengan menanyakan tujuan laki-laki itu. “Ajeng kepanggih sinten Mas? (Mau ketemu siapa mas)” tanya Tri. “Mboten ajeng nopo-nopo (Enggak ada apa-apa Bu),” jawab laki-laki itu.

Setelah mendengar jawaban itu, Tri kembali melakukan aktivitas untuk menyiapkan segala sesuatu di warung tersebut. Namun Tri merasa janggal dengan laki-laki itu. Semenjak masuk warung, sambung Tri, laki-laki itu tak pernah lepas dari headset yang terpasang di telinganya. Bahkan, ketika diajak ngobrol, laki-laki itu seolah mengalihkan perhatian dengan membuka koran di dalam tas ransel bawaannya.

“Laki-laki itu juga sempat menanyakan lokasi gereja Katolik, terus saya jawab Gereja Santa Maria Regina. Namun saat saya tanya sesuatu, dia terlihat gugup dan cemas,” kisah Tri.

Lebih lanjut Mulyadi mengatakan seorang laki-laki berada di warungnya kurang lebih dua jam, mulai dari pukul 07.00 hingga pukul 09.00 WIB. “Dia memesan dua gelas es teh dan empat gorengan. Total pembayaran Rp 5.000,” terang Mulyadi yang merupakan salah satu petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) Kelurahan Tegalharjo, Jebres.

Kisah lain juga diceritakan warga setempat, Partini, 40. Partini bahkan bertemu dengan seorang laki-laki dengan ciri-ciri sama dengan pelaku bom bunuh diri di GBIS Kepunton. Laki-laki itu menanyakan lokasi gereja katholik  pada Partini pada Sabtu (24/9/2011) sekitar pukul 17.00 WIB. “Saya jawab kalau gereja Katolik itu di Santa Maria Regina, namun kalau gereja kristen ya di situ,” papar Partini sembari menunjukkan bangunan GBIS yang berjarak 10 meter dari rumah Partini.

Sebelumnya, salah satu saksi mata, Karti, 67, yang juga pemilik warung makan mengatakan ada seorang laki-laki dengan membawa tas ransel mampir ke warungnya. Seorang laki-laki dengan ciri memakai celana warna hitam itu datang ke warung Karti pada pukul 10.00 WIB. Karti juga mengatakan sosok laki-laki itu berlaku sopan dan bertutur bahasa jawa halus. “Pria itu tak banyak cerita. Katanya ingin menjemput temannya yang saat itu mengikuti kebaktian di Gereja Kepunton,” papar  Karti.

Muhammad Khamdi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya