SOLOPOS.COM - Pelajar menari Topeng Ireng di halaman Soga Eatery saat Car Free Day di Slamet Riyadi Solo, Minggu (28/5/2023). (Solopos.com/Nova Malinda).

Solopos.com, SOLO —Tari Topeng Ireng menjadi salah satu kesenian khas yang terlahir di kaki lereng Gunung Merapi Merbabu. Para pelajar asal Boyolali menampilkan tarian tersebut di area Car Free Day (CFF) Solo, Minggu (28/5/2023).

Dibawah koordinasi Sanggar Langen Beksan Kinasih Erawati dan dukungan Soga Eatery, para pelajar tersebut sukarela menampilkan tarian topeng ireng lengkap dibalut busana khas tarian itu di halaman Soga Eatery.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pendiri Sanggar Langen Beksan Kinasih Erawati, Laura Erawati mengatakan tarian tersebut sengaja digelar di CFD Solo untuk mengenalkan tradisi dan tarian khas daerahnya kepada masyarakat Solo.

“Sanggar ini memang penggiat pariwisata, jadi kami bekerja sama dengan mahasiswa di Solo untuk menari Topeng Ireng di Soloraya,” jelas dia saat ditemui di halaman Soga Eatery.

Beberapa kali para pelajar ini sudah menampilkan tarian Topeng Ireng di CFD Soloraya, seperti CFD Colomadu Karanganyar, CFD Boyolali, dan CFD Solo. Mereka ingin memperkenalkan budaya khas lereng Merapi Merbabu melalui tarian ini.

“Kesenian Topeng Ireng muncul dulu saat zaman penjajahan. Saat itu, ilmu kanuragan tidak boleh dipelajari. Oleh karena itu, penduduk mengkamuflasekan ilmu kanuragan dalam bentuk tarian,” jelas dia.

Berasal dari kamuflase ilmu kanuragan, tarian Topeng Ireng dibawakan penari dengan sigap dan ceria. Saat di CFD Solo, tarian ini ditampilkan oleh sembilan penari mayoritas pelajar, ada pula anak usia empat tahun, siswa SMP, sampai mahasiswa jenjang S1.

Salah satu penari, Titis Mustika Perwitasuci, merupakan mahasiswa Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo asal Boyolali. Titis menjelaskan beberapa tarian pakem dalam Topeng Ireng di antaranya ulap-ulap. Dengan durasi sekitar 10 menit, tarian tersebut ditampilkan para pelajar dengan iringan gending khas Topeng Ireng. Selain itu, iringan juga dikreasikan dengan beberapa lagu dangdut terkenal.

“Nama nama gerakannya tadi ada ulap-ulap saat gerakan awal tadi, terus ada gerakan pembuka oleh panglima dalam tarian, itu khas Topeng Ireng semua,” jelas dia.

Sebagai anak muda, Titis berharap agar tarian daerah semakin dikenal masyarakat, terutama anak muda. Gerenal Manager The Soga Eatery, Robiyanto mengaku sangat mendukung kegiatan yang diadakan sanggar tersebut. The Soga Eatery berpartisipasi untuk mengenalkan budaya daerah dengan menyediakan ruang bagi para penari.

“Jadi sama-sama melestarikan budaya asli Solo dan tari-tarian tradisional dari Soloraya, juga memperkenalkan tarian-tarian itu ke generasi muda,” kata dia.

Menurut Robi, adanya penari dengan mayoritas pelajar ini cukup mengundang antusias pengunjung CFD Solo pada hari ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya