SOLOPOS.COM - Presiden Direktur PT Aksara Solopos Arif Budi Susilo.

Pekerjaan Rumah Mas Wali

Sudah tujuh bulan saya tinggal di Kota Solo. Ini adalah kali kedua saya berinteraksi langsung dengan lingkungan Soloraya. Interaksi saya yang pertama adalah saat belajar di SMA 1 Solo di kawasan Margoyudan, lalu melanjutkan kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Setelah lulus kuliah, saya langsung pergi ke Jakarta, sekira 30 tahun silam. Sampailah ketika tujuh bulan lalu, tepatnya pada awal Agustus, saya "dipulangkan" kembali ke Kota Solo untuk mengurus unit-unit bisnis yang ada di kota ini dan Jogja.

Karena saya berasal dari Wonogiri, maka kembali ke Solo membuat saya jatuh cinta kedua kali kepada kota ini. Apalagi setelah jalan tol yang menghubungkan Solo dengan Jakarta dan Surabaya sudah benar-benar nyambung.

Maka bukan cuma karena tinggal di Kota Solo merasa jauh lebih nyaman (dibandingkan dengan Jakarta). Konektivitas dari dan ke Solo dengan banyak daerah lain di Jawa Tengah, Jawa Timur dan bahkan dengan Jawa Barat dan Jakarta Raya menjadi jauh lebih mudah. Dan cepat.

Di era pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama setahun ini, kondisi itu benar-benar terasakan. Setiap bulan setidaknya sekali bahkan dua kali saya mondar-mandir Solo-Jakarta.

Konektivitas yang bagus dengan adanya jalan tol yang sudah sepenuhnya terhubung membuat hilir-mudik Solo-Jakarta menjadi perjalanan yang menyenangkan. Hanya sekitar enam jam, bahkan kadang lima jam, waktu terpakai untuk pergi dari Solo ke Jakarta. Begitu pula sebaliknya.

Bukan cuma itu. Konektivitas dan infrastruktur yang bagus membuat Kota Solo menjadi pusat gravitasi baru bagi pusat pertumbuhan ekonomi di Jawa. Betapa tidak. Dari Solo ke Semarang, Jogja, Surabaya, Malang, dan sekitarnya saat ini tidak perlu buang waktu lama. Dari dan ke kota-kota yang saya sebut tadi, rentang waktu yang diperlukan hanya sekitar satu, dua, dan tiga jam.

Di hari yang sama, Anda bisa makan pagi di Kota Solo, makan siang di Surabaya dan makan malam di Semarang. Atau makan pagi di Semarang, makan siang di Malang, dan makan malam di Solo sambil wedangan di Omah Semar atau makan bakmi di Mbah Mangoen.

Jelas, keterjangkauan tersebut secara ekonomi menjadi sangat efisien dan produktif. Sudah barang tentu, menciptakan multiplier effect yang besar.

Saya ingat persis. Beberapa tahun silam saat akses jalan tol Semarang-Solo-Surabaya belum benar-benar terhubung, hotel-hotel di kota ini seperti tak banyak berkembang. Namun coba bandingkan dengan tahun-tahun belakangan setelah jalan tol sepenuhnya tersambung.

Sebelum pandemi Covid-19 berkecamuk, sulit untuk mendapatkan kamar go-show di hotel-hotel Kota Solo pada akhir pekan. Umumnya penuh terisi. Hanya karena pandemi saja, hotel-hotel setahun terakhir ini seakan mati suri. Dan yang pasti, banyak sekali hotel baru berbintang maupun hotel butik yang kini hadir di Solo. Itu adalah indikator penting bahwa kota ini semakin berkembang.

***

Kalau multiplier effect ekonomi itu ibarat jaring laba-laba, maka konektivitas Kota Solo dengan Jogja, Semarang, Surabaya, Malang, dan bahkan Jakarta adalah jejaring luarnya. Jaringan kota-kota ini adalah pencipta nilai tambah yang besar bagi perekonomian Solo, baik dari sisi pasar maupun sumber pertumbuhan.

Tapi mari kita lihat jejaring dalamnya: Soloraya. Dengan populasi sedikitnya 7 juta jiwa, Soloraya yang terdiri dari Kota Solo, dan enam kabupaten yang mengitarinya--Sukoharjo, Wonogiri, Klaten, Boyolali, Karanganyar dan Sragen--adalah hub ekonomi yang memiliki potensi dan prospek luar biasa.

Mobilitas manusia Soloraya yang juga kerap disebut Subosukawonosraten ini adalah kekuatan ekonomi dan konsumen yang besar. Maka, konektivitas "jejaring dalam" Soloraya dengan "jejaring luar" akan menghasilkan kombinasi penggerak ekonomi yang luar biasa.

Terlebih lagi setelah nanti jalan tol Solo-Jogja selesai sekitar tiga tahun yang akan datang. Saya membayangkan, apabila pandemi sudah usai, konektivitas sepenuhnya terhubung, maka Kota Solo akan jauh lebih bergairah lagi.

Begitu pandemi Covid-19 ini segera berlalu, bukan tidak mungkin akan terjadi ledakan ekonomi kawasan Soloraya--terutama dari geliat pariwisata, pertanian, dan sektor jasa manufaktur yang akan tumbuh pesat.

Saya jadi ingat pidato mantan Perdana Menteri Singapura Mr. Lee Kuan Yew dalam sebuah forum bisnis yang saya ikuti di Singapura dua dekade silam. Perdana Menteri pertama Singapura itu mengatakan kepada para pelaku bisnis global, bahwa lokasi dan posisi Singapura sangat strategis. Hanya enam jam penerbangan ke Sydney, Tokyo, Mumbai, Seoul, dan Beijing.

Maka, cukup berkantor di Singapura, perusahaan multinasional akan mendapatkan banyak keuntungan. Apalagi Singapura menyediakan banyak fasilitas keringanan pajak dan tarif pajak yang murah, sumberdaya manusia yang kompetitif, dan birokrasi yang ramah bisnis.

Cara jualan PM Lee Kuan Yew itu kemudian diulang dan dilanjutkan oleh para penerusnya. Dengan ditambah kredo state-entrepreneurial PM Lee, yang menjual Singapura dengan prinsip PMA alias "Pragmatis, Meritokratis, dan Antikorupsi", negeri jiran yang hanya berpenduduk 6 juta jiwa itu menjadi sangat menarik untuk banyak perusahaan global.

Dengan cepat Singapura menjadi "rumah” bagi banyak perusahaan multinasional alias MNC. Singapura juga menjadi destinasi favorit bagi banyak turis asing. Singapura pun menjadi salah satu pusat keuangan dunia, serta hub ekonomi yang penting dan strategis di Asia.

Mengambil analogi Singapura tadi, saya kira enggak terlalu berlebihan apabila kita menaruh harapan baru yang tinggi pula terhadap Solo. Apalagi Soloraya memiliki profil kota, konektivitas, ketersediaan infrastruktur, kultur dan potensi sumberdaya alam, pertanian, dan pariwisata yang besar.

***

Saya mungkin hanyalah sedikit dari banyak warga Solo yang menyimpan ekspektasi yang sama. Soloraya menjadi kawasan pusat pertumbuhan ekonomi baru yang makin maju. Ujungnya, masyarakat Solo dan Soloraya menjadi warga yang hidup lebih sejahtera.

Harapan yang tersimpan itu rasanya bukan cuma isapan jempol. Ada Mas Wali, panggilan akrab Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, yang menyimpan energi besar. Sejak resmi menjadi wali kota pada 26 Februari 2021, Mas Wali langsung menggebrak, dan mulai menggulirkan rencana-rencana program untuk membenahi Kota Solo.



Ada banyak proyek besar yang akan mengubah wajah Kota Solo agar makin cantik. Sebut saja penataan Ngarsapura yang akan dijadikan Malioboronya Solo. Juga revitalisasi taman Balekambang, serta pembangunan jalur kereta layang untuk mengurai kemacetan di kawasan Joglo di utara.

Saya sekadar menyebut proyek-proyek tersebut di antara banyak program yang lain, yang tentu mendapatkan dukungan penuh dan kolaboratif dengan pemerintah pusat. Sudah barang tentu, aneka proyek itu akan memperkuat tata kota dan konektivitas kota Solo.

Kita tentu memahami Mas Wali Gibran baru memulai membenahi Solo. Saya membayangkan, apabila Mas Wali lebih agresif lagi menjadikan Solo sebagai hub ekonomi dengan memperkuat jejaring, sinergi dan kolaborasi dengan enam kabupaten di Soloraya, bukan tidak mungkin manfaat ekonominya akan jauh lebih besar. Efek bergandanya akan dinikmati tujuh juta masyarakat di wilayah Soloraya.

Boleh dong bermimpi, dengan potensi yang ada, Soloraya akan menjadi megapolitan baru. Apalagi bila Mas Wali dapat memimpin langkah sinergi dan kolaborasi dengan pemerintahan lainnya di kawasan Soloraya.

Ekspektasi itu bisa saja menjadi kenyataan. Bukan cuma pembangunan konektivitas Soloraya yang sinergis, melainkan juga upaya bersama-sama membangun iklim regulasi dan birokrasi yang lebih ramah bisnis di antara pemerintahan Soloraya. Ini akan menjadi pengungkit investasi sektor swasta yang luar biasa. Itu hanyalah salah satu pekerjaan rumah di antara banyak lagi PR yang kini berada di meja kerja Mas Wali.

Momentumnya relatif tepat, mengingat saat ini tanda-tanda pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19 sudah semakin terlihat.
Nah, bagaimana menurut Anda? (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya