Solopos.com, KLATEN — Setelah hampir dua tahun vakum, Peken Pinggul di Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Klaten buka lagi. Pasar yang hanya buka setiap selapan atau 35 sekali pada Minggu Legi itu memiliki banyak keunikan.

PromosiMendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia

Diantara keunikannya yakni pedagang mengenakan pakaian tradisional. Makanan, jajanan, serta minuman yang disajikan mayoritas menu tradisional seperti pecel, tiwul, cenil, dawet, hingga mainan dari gerabah.

 

Suasana Peken Pinggul di Dukuh Bayat, Desa Melikan, Kecamatan Wedi dibuka lagi, Minggu (21/11/2021). (Solopos/Taufik Sidiq Prakoso)

 

Makanan diusahakan semaksimal mungkin menggunakan daun jati atau daun pisang untuk menonjolkan kesan tradisional sekaligus meminimalisasi sampah plastik.

Keunikan lain yakni alat bayar yang digunakan. Tak ada rupiah di transaksi pedagang Peken Pinggul. Uang rupiah diganti dengan koin gerabah senilai Rp2.000 per koin. Cara itu dilakukan sekaligus mempopulerkan hasil kerajinan warga Melikan yang merupakan sentra kerajinan gerabah.

 

Diantara keunikannya yakni pedagang mengenakan pakaian tradisional. Makanan, jajanan, serta minuman yang disajikan mayoritas menu tradisional seperti pecel, tiwul, cenil, dawet, hingga mainan dari gerabah. (Solopos/Taufik Sidiq Prakoso)

 

Warga menunjukkan koin gerabah senilai Rp2.000 per koin. Cara itu dilakukan sekaligus mempopulerkan hasil kerajinan warga Melikan yang merupakan sentra kerajinan gerabah. (Solopos/Taufik Sidiq Prakoso)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Rekomendasi