SOLOPOS.COM - Sejumlah warga di Krakitan, Bayat mempersiapkan 7.000 ketupat untuk menyambut puncak tradisi Syawalan di Rawa Jombor, Kamis (23/7/2015). Foto diambil, Rabu (22/7/2015). (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

Pekan Syawalan Klaten, 37 gunungan ketupat siap dibagikan di puncak pekan syawalan.

Solopos.com, SOLO–Sebanyak 37 gunungan bakal dikirab pada puncak pekan syawalan yang digelar di Bukit Sidoguro, Desa Krakitan, Bayat, Rabu (13/7/2016). Sementara itu, sekitar 5.000 ketupat siap saji dan bisa dinikmati masyarakat pada tradisi yang rutin digelar pada H+7 Lebaran.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Klaten, Joko Wiyono, mengatakan 37 gunungan tersebut berasal dari SKPD, BUMD, BUMN, serta pengusaha. Bentuk gunungan yang bakal dikirab dibebaskan.
“Kalau tahun sebelumnya, itu ada yang mengatur. Untuk tahun ini gunungan bentuk-bentuknya kami bebaskan sesuai kreasi sendiri. Selain gunungan, ada 4.000-5.000 ketupat siap saji,” kata Joko saat ditemui di Pendapa Pemkab Klaten, Senin (11/7/2016).

Ekspedisi Mudik 2024

Gunungan bakal dikirab dari pintu masuk menuju Objek Wisata Rawa Jombor hingga ke Bukit Sidoguro. Selain arak-arakan gunungan, puncak syawalan juga dimeriahkan dengan hiburan musik.

Disinggung lomba getek atau rakit, Joko mengatakan pada puncak pekan syawalan tahun ini tak digelar. Hal tersebut lantaran terbatasnya anggaran.
Joko mengatakan puncak pekan syawalan digelar untuk melestarikan tradisi yang sudah berlangsung bertahun-tahun. Ia juga menjelaskan ketupat yang dikirab serta disajikan memiliki makna untuk saling memaafkan.

“Ketupat itu memiliki makna mengakui lepat [salah]. Ketupat itu bentuknya seperti hati. Ketika dibelah dalamnya berwarna putih seperti hati dalam kondisi bersih dari rasa iri, dengki, dan sebagainya,” katanya.

Disinggung target pendapatan asli daerah (PAD) dari puncak pekan syawalan itu, Joko mengatakan sekitar Rp50 juta. Target itu disumbang dari retribusi masuk menuju kawasan Rawa Jombor serta Bukit Sidoguro.

Pekan syawalan dimulai dengan pindahnya para pedagang dan pengusaha permainan anak dari arena maleman di Kompleks Monumen Juang ’45 dan GOR Gelarsena ke Desa Jimbung, Kalikotes yang tak jauh dari Rawa Jombor. Diperkirakan,

Pekan syawalan dimulai pada H+3 Lebaran yakni mulai berdatangannya para pedagang dan pengusaha permainan anak-anak dari arena maleman di Kompleks Monumen Juang ’45 ke Desa Jimbung, Kalikotes yang tak jauh dari Rawa Jombor. Diperkirakan ada 200 pedagang serta 30 wahana permainan anak-anak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya