SOLOPOS.COM - Salah satu penampil dalam perayaan Sala Hatedu #7 yang digelar secara daring di kanal YouTube Rumah Kreatif Art Turah selama tiga hari yakni Rabu (24/3/2021) - Jumat (26/3/2021). (Istimewa/Sala Hatedu)

Solopos.com, SOLO — Pegiat teater Solo yang tergabung di Rumah Kreatif Art Turah menggelar perayaan Hari Teater Dunia (Hatedu) yang biasanya diperingati pada tanggal 27 Maret.

Acara virtual tersebut ditayangkan melalui kanal YouTube Rumah Kreatif Art Turah selama tiga hari yakni Rabu (24/3/2021) – Jumat (26/3/2021). Ini merupakan perayaan Hatedu ketujuh setelah sempat ditunda setahun karena pandemi Covid-19.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Berdasarkan pantauan Espos, video pentas pada hari pertama, Rabu (24/3/2021), hanya ditonton 150an netizen. Namun, minimnya apresiasi Hatedu #7 tak menyurutkan semangat panitia maupun para peserta.

Baca jugaAwkarin Beli Hotel, Warganet Berkomentar Lucu Begini

Ketua Sala Hatedu, Turah Hananto, Kamis (25/3), mengatakan apa yang mereka lakukan memang tak selalu diapresiasi positif. Minimnya jumlah penonton ini justru bisa menjadi catatan bersama pentas tatap muka memang tak bsia tergantikan.

“Ini malah jadi catatan berarti enggak banyak yang suka nonton pentas di internet. Mereka lebih nyaman pentas tatap muka. Mengingat saat pentas langsung, penonton disiapkan ruang khusus agar mereka lebih fokus,” terang Turah.

Turah mengatakan pentas teater di layar streaming seolah membutuhkan dua sutradara. Pertama adalah sutradara yang menghidupkan cerita di panggung, selanjutnya adalah sutradara visual pada bagian perekaman video.

Sutradara visual ini bertugas mentransfer energi panggung ke ruang daring yang akhirnya dinikmati para penonton. Sementara sejauh ini menurutnya tak semua kelompok teater bisa merekam pentas sesuai kebutuhan penonton streaming.

Tantangan Baru

Tantangan baru ini yang menurut Turah harus dihadapi para pegiat teater di zaman sekarang. Mereka harus menambah skill dengan urusan teknis pengambilan video. Belum lagi disusul minimnya kepedulian masyarakat pada seni teater. Selama ini mereka dianggap sebelah mata jika dibandingkan pentas lain.

“Ya seperti sebelumnya, kami menggelar ini dengan modal sendiri. Biar bagaimanapun Hatedu tetap kami laksanakan. Minimal agar masyarakat tau keberadaan kami. Sehingga teater tidak benar-benar ditinggalkan di masa pandemi ini,” terangnya lagi.

Sebanyak 15 kelompok teater turut memeriahkan Hatedu tahun ini. Mereka berasal dari berbagai daerah yakni Boyolali, Temanggung, Solo, Semarang, Yogyakarta, Magelang, dan Jakarta. Tak ada pentas langsung.

Baca jugaBioskop XXI Solo Square Hari Ini Buka Kembali, Ini Film yang Tayang

Semua yang tayang di kanal YouTube Rumah Kreatif Art Turah adalah pentas tapping di kediaman masing-masing. Rata-rata berdurasi setengah jam. Sementara judul yang diusung adalah pandemi dan cara mereka bertahan di tengah masa sulit ini.

Minim apresiasi berbading terbalik dengan semangat para pegiat senin. Turah mengatakan sebenarnya ada lebih dari 15 kelompok yang ingin ikut terlibat. Termasuk delegasi dari Malaysia, dan Singapura yang dua tahun lalu ikut merayakan Sala Hatedu.

Namun ia dan panitia lain sengaja membatasi. Ia masih berharap mereka yang tahun ini tak ikut merayakan pentas daring, bisa terlibat di perayaan 2022 dengan pentas tatap muka. “Saya sengaja membatasi. Semoga mereka yang tahun ini enggak bisa ikut, akan bisa ikut pentas di tahun depan dengan pentas tatap muka,” harap Turah.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya