SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, KARANGANYAR — Pak Ubai. Demikian pegawai di lingkup Ditjen Planologi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) biasa disapa.

Pria kelahiran Karanganyar, 6 Mei 1963, bernama lengkap Ubaidillah Salabi ini menjadi salah satu korban kecelakaan pesawat terbang Lion Air JT 610 di Karawang, Jabar, Senin (29/10/2018) pagi.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kabar duka tersebut menyentak tak hanya di lingkungan keluarga terdekat, tapi juga keluarga besar di Kementerian LHK.

Ubaidillah Salabi meninggal dunia di usia 55 tahun. Di lingkungan kantor Ditjen Planologi LHK, alumnus S2 UGM Yogyakarta itu dikenal sebagai pribadi yang pendiam, baik, dan selalu bekerja serius.

Pada Senin (29/10/2018) itu, suami dari Pety Novita dan bapak empat anak ini mendapat tugas dari kementerian untuk berkegiatan di Pangkal Pinang.

“Empat hari sebelum berangkat [naik pesawat], saya mengobrol dengan Pak Ubai. Seyogyanya Pak Ubai mengikuti tes sebagai direktur. Kementerian LHK sangat berterima kasih dengan dedikasi Pak Ubai. Semoga memperoleh tempat terbaik di sisi Allah SWT,” kata anggota staf khusus Kementerian LHK, Yuyu Rahayu, di rumah duka, Karangmojo RT 004/RW 001, Tasikmadu, Karanganyar, Rabu (7/11/2018).

Sebelum meninggal dunia, Ubaidillah Salabi menjabat sebagai Kasubdit Investarisasi Hutan Dirjen Planologi LHK. Oleh kementerian LHK, Ubaidillah diberi kenaikan satu pangkat lebih tinggi.

Di lingkungan keluarga besarnya, almarhum Ubaidillah Salabi dikenal sebagai pribadi yang menyayangi anggota keluarga dan saudara-saudaranya.

Anak dari pendiri Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Karanganyar, Alim Syamhudi, ini sangat menyayangi istri, anak, saudara kandung, dan keponakan-keponakannya. Ubaidilliah anak ketiga dari delapan bersaudara.

Dibandingkan saudara-saudaranya yang lain, Ubaidillah dikenal paling cerdas.

“Adik saya ini memang yang terbaik di keluarga. Bisa dikatakan dia yang paling pintar. Saat kerja di Maluku [sebelum menjadi PNS], dia yang membiayai sekolah adik-adiknya. Hal itu menyebabkan nikahnya tertunda,” kata kakak pertama Ubaidillah Salabi, Anis Ridho.

Sebelum naik pesawat nahas itu, Anis bercerita adiknya sempat pulang ke Karanganyar. Saat bertemu di rumah, Ubai sering tertawa lepas. Padahal itu bukan kebiasaannya.

Bupati Karanganyar, Juliyatmono, mengaku turut berduka cita atas meninggalnya Ubaidillah Salabi.

“Almarhum Ubaidillah Salabi termasuk putra terbaik di lingkungan keluarga dan di Karanganyar. Semoga almarhum ditempatkan dalam kondisi mati syahid,” kata Juliyatmono yang mengaku juga pernah menjadi korban kecelakaan Lion Air di Solo pada 2005 lalu.

Kepala Desa (Kades) Karangmojo, Sri Hardiyanto, mengatakan jenazah Ubaidillah Salabi dimakamkan di permakaman umum desa setempat.

“Jarak makam kurang lebih 500 meter dari rumah duka,” katanya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, sehari-harinya Ubaidillah Salabi berdomisili di Perumahan Ciluar Asri Blok D4 No. 16, Bogor Utara, Kota Bogor. Ubaidillah Salabi meninggalkan seorang istri, Pety Novita, dan empat anak.

Masing-masing anaknya, yakni Brian Ilham Makarim, Firdausa Imtinani Amalia, Nadiva Rose, dan Emili Sabila Rosad.

Pesawat Lion Air JT 610 mengalami kecelakaan dan jatuh di perairan Tanjung, Kerawang, Jawa Barat, beberapa menit setelah lepas landas dari Jakarta ke Pangkal Pinang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya