SOLOPOS.COM - Suasana Dialog Muslimah Peduli Rohingya di Ruang Cempaka Hotel Cakra Kusuma, Sabtu (23/9/2017). (Foto istimewa/dokumen panitia)

Forum Cendekiawan Muslimah Yogyakarta (FCMY) mengadakan dialog bertajuk “Cendekiawan Muslimah Yogyakarta Peduli Rohingya, Saudara Rohingya Menanti Kita” pada Sabtu (23/9/2017)
 

Harianjogja.com, SLEMAN – Forum Cendekiawan Muslimah Yogyakarta (FCMY) mengadakan dialog bertajuk “Cendekiawan Muslimah Yogyakarta Peduli Rohingya, Saudara Rohingya Menanti Kita” pada Sabtu (23/9/2017) di Ruang Cempaka Hotel Cakra Kusuma Jalan Kaliurang KM 5. Dialog ini sebagai bentuk solidaritas terhadap Muslim Rohingya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Acara dibuka dengan penyampaian testimoni peserta dialog. Seorang peserta menyampaikan umat Islam tengah menghadapi krisis solidaritas. Mereka tidak peduli satu sama lain karena perbedaan bangsa dan negara. Namun ini saatnya umat peduli sesama termasuk pada masalah Rohingya.

Dialog ini menghadirkan ekonom dari salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Yogyakarta, Meti Astuti. Ia memaparkan muslim Rohingya sudah 25 tahun lebih menetap di Rakhine, Myanmar dan memenuhi syarat Undang-Undang kewarganegaraan Myanmar tahun 1982. Namun etnis Rohingya kerap mendapat perlakuan buruk hingga kekerasan dari pemerintah Myanmar.

Ia memaparkan tiga akar masalah kekerasan terhadap etnis Rohingya yakni Myanmar mengklaim etnis Rohingya adalah imigran gelap dari Bengal, Bangladesh; di bawah tanah Rakhine terdapat 1,3 juta barel minyak bumi dan nasionalisme yang tidak masuk akal, yakni kekerasan menyangkut etnis atau agama.

“Selain itu, sekat antar negara diberlakukan namun tidak demikian untuk persoalan ekonomi. Dampaknya, PBB maupun ASEAN tidak dapat berbuat lebih kepada Myanmar,” katanya.

Menanggapi akar masalah tersebut, Meti Astuti menyampaikan beberapa hal yang dapat dilakukan pemerintah Indonesia guna membantu etnis Rohingya. Saran yang ia kemukakan yakni membuka perbatasan negara bagi pengungsi Rohingya, mengirim misi penyelamatan pada pengungsi Rohingya yang masih terkatung-katung di laut.

“Pemerintah Indonesia juga mesti melindungi dan mengurus semua kebutuhan mereka, melakukan tekanan politik pada rezim Myanmar agar mengehentikan kezaliman brutal, dan jika tekanan politik diabaikan maka langkah mobilisasi kekuatan militer harus ,” paparnya.

Terselenggaranya dialog ini diharapkan mampu membangun semangat ukhuwah Islamiyyah antar sesama muslim atas penderitaan yang menimpa etnis Rohingya. Selain itu supaya konflik segera mendapat solusi dan Indonesia mampu berperan lebih.

Di akhir acara, cendekiawan muslimah menandatangani pernyataan sikap yang menyerukan kepada pemerintah Indonesia agar meninjau ulang hubungan bilateral antara Indonesia dengan Myanmar dan ditutup dengan prosesi penyerahan donasi kepada perwakilan pihak Aksi Cepat Tanggap (ACT).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya