SOLOPOS.COM - EVP & Cheaf Administration Afficer PT Paragon Technology and Innovation, Miftahuddin Amin. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Peran sektor swasta dalam mendukung pengembangan pendidikan terus berkembang. Hal itu juga dilakukan oleh PT Paragon.

EVP & Cheaf Administration Afficer PT Paragon Technology and Innovation, Miftahuddin Amin, mengatakan perusahaan yang memiliki produk utama berupa produk kosmetik tersebut juga menaruh perhatian besar pada sektor Pendidikan.

Promosi Jelang Lebaran, BRI Imbau Nasabah Tetap Waspada Modus Penipuan Online

Melalui program Wardah Inspiring Teacher, Paragon berupaya untuk membangun ekosistem pendidikan yang diharapkan bisa meningkatkan kualitas sektor pendidikan dalam negeri.

“Kenapa kami concern di pendidikan? Sebab kami percaya dengan pendidikan kita bisa maju, bisa mensejajarkan diri dengan bangsa lain. Dalam konteks itu tentu Paragon ingin turut serta membangun ekosistem itu. Kami kolaborasi dengan partner kami, salah satu program yang sudah sejak 2017, kami inisiasi Wardah Inspiring Teacher,” kata dia.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Program Pengembangan Guru Antar Indonesia Raih Penghargaan UNESCO

Disebutkan saat ini sudah ada lebih dari 2.000 guru yang terlibat dalam program itu dan mengikuti pendidikan sekitar lima bulan.

“Kami dorong merdeka belajar. Bukan sekadar mengajar tapi jadi penggerak bagi guru lainnya. Kami mendorong peran guru yang sangat sentral melihat perubahan murid. Harapan kami dengan program kami, guru bisa menjadi motivator, inspirator dan menjadi lokomotif pendidikan. Ini untuk pendidikan dasar dan menengah,” jelas dia. Dalam melaksanakan program tersebut, Paragon juga berkolaborasi dengan Kemendikbudristek.

Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah dan Tenaga Kependidikan Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek, Praptono, dalam webinar tersebut menyampaikan dalam konsep merdeka belajar, yang saat ini digaungkan pemerintah, guru memang dituntut bisa melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid.

“Kata kunci dari merdeka belajar adalah guru Indonesia bisa melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid,” kata dia.

Baca Juga: Semangat Merdeka Belajar untuk Pemulihan Pendidikan Asia Pasifik

Dia menjelaskan, setiap guru di Indonesia harus mengenal betul apa potensi, bakat bahkan kekhususan muridnya. Dengan pemahaman yang baik terhadap kemampuan dasar murid, diharapkan guru bisa merencanakan, melaksanakan dan mengevakluasi pembelajaran yang mereka lakukan dan kemudian terukur dengan jelas capaian hasil belajar muridnya.

“Maka kami mengharapkan benar guru Indonesia memiliki tanggung jawab untuk terus belajar dan meningkatkan potensinya,” jelas dia.

Dia juga mengajak para guru di Indonesia memiliki budaya refleksi. Ketika guru sudah bisa merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi, selanjutnya harus bisa menemukan kemajuan besar apa yang didapat muridnya.

Di situ guru juga bisa memetakan kesulitan dan hambatannya, sehingga memiliki inovasi untuk mengatasinya. Selain itu guru juga bisa ikut mengembangkan sekolah dengan melibatkan orang tua serta menjalankan kode etik profesi secara optimal.

Baca Juga; Guru Kreatif, Begini Cara Ribut Santoso Dorong Muridnya Percaya Diri

Dijelaskan, untuk mewujudkan hal itu, kementerian terus membawa teori perubahan yang fokus pada penguatan SDM.

“Pelatihan guru menjadi program porioritas saat ini. Dilakukan melalui pendidikan guru penggerak. Bukan hanya menciptakan guru profesional, tapi juga bisa menjadi kepala sekolah, pengawas sekolah yang menerapkan kurikulum Pendidikan,” kata dia.

Sekolah model kini juga diciptakan melalui sekolah penggerak agar sekolah-sekolah lain memiliki percontohan bagaimana mewujudkan sekolah nyaman, menyenangka dan inklusif. Begitu juga dengan komunitas belajar yang terus dikembangkan. Menurutnya semua pihak memiliki tanggung jawab agar anak-anak memiliki kekuatan literasi yang kuat.

Disebutkan saat ini telah dihasilkan lulusan angkatan 1 dan 2 untuk guru penggerak dengan jumlah 5600 orang. Ditargetkan pada 2024 bisa mencapai 400.000 guru. Selain itu dia menyebutkan saat ini sudah ada 143.000 satuan pendidikan di Indonesia yang telah menyatakan siap dan ingin menerapkan kurikulum merdeka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya