SOLOPOS.COM - Kios pakaian bekas impor atau awul-awul di Pasar Klithikan Notoharjo, Solo, Selasa (21/12/2021). (Solopos/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, SOLO — Fenomena jual beli pakaian bekas impor alias thrift alias awul-awul di Kota Solo sudah berlangsung cukup lama. Ada sejumlah lokasi yang hingga kini masih eksis menjual produk-produk pakaian bekas. Mereka menjual produk lokal maupun produk impor.

Salah satu yang terkenal adalah di Pasar Klitikan Notoharjo di Semanggi, Pasar Kliwon, Solo. Pasar tersebut menjual berbagai produk awul-awul. Ada yang baru, namun banyak juga produk setengah pakai atau bekas.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Bukan hanya pakaian, berbagai produk lain mulai dari onderdil bekas, aksesori kendaraan dan sebagainya juga tersedia di pasar tersebut. Sedangkan khusus pakaian setengah pakai, ada di beberapa los di sisi tengah.

Jika masuk pasar melalui pintu masuk utama di sisi depan, akan ada jalur tengah pasar yang mengarah pada deretan los sisi tengah. Di situ lah lapak-lapak pakaian bekas atau awul-awul Pasar Notoharjo, Solo, berada.

Baca Juga: Kritik Pameran Awul-Awul, Pengusaha Batik Solo Ini Dibilang Kemayu

Ada banyak produk pakaian yang ditawarkan. Mulai dari celana, baju, jas, jaket, dan sebagainya. Kebanyakan yang dijual adalah pakaian orang dewasa.

Salah satu pedagang pakaian di Pasar Klitikan Notoharjo, Wibowo, mengatakan untuk produk pakaian seken yang dijual di lapaknya semuanya adalah barang impor. Jika beruntung, di pasar tersebut bisa mendapatkan produk bermerek dengan harga lebih miring. “Biasanya pembeli datang memang yang dicari adalah merek. Kemudian baru coraknya,” katanya kepada Solopos.com, Selasa (21/12/2021).

Usaha jualan pakaian bekas impor atau awul-awul tersebut seperti yang dijalani pedagang Pasar Notoharjo Solo itu sudah berlangsung turun-temurun. Wibowo meneruskan usaha orang tuanya yang menjalani bisnis serupa.

Namun dulu orang tuanya berjualan pakaian itu di kawasan sekitar Pasar Gading. “Saya SD sudah ikut jualan. Kemudian ini karena dari Gading dipindahkan, sekarang di sini [Pasar Notoharjo],” katanya.

Baca Juga: Pameran Awul-Awul Dikritik, Jawaban Pengelola Tirtonadi Solo Makjleb!

Punya Pasar Tersendiri

Menurutnya, sejak dulu pakaian bekas impor sudah memiliki pasar tersendiri. Ada kalangan tertentu yang memang menyukainya. “Ibaratnya kan bisa pakai outfit bermerek, tapi harganya miring,” lanjutnya.

Pedagang lain, Aditya, mengaku sudah berjualan di pasar tersebut sejak Pasar Klithikan Notoharjo berdiri. Menurutnya hingga saat ini pakaian bekas impor atau awul-awul masih diminati warga Solo. Terutama untuk merek-merek ternama, seperti Levis, The North Face, Adidas, dan sebagainya.

Namun ia mengakui permintaannya sudah tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. “Sekarang harus dibantu dengan online. Sudah banyak yang menjual secara online,” katanya.

Baca Juga: Bukan Sekadar Ngirit, Ini Alasan Awul-Awul Impor di Solo Laku Keras

Penjualan awul-awul atau pakaian bekas impor di Solo belakangan ini menjadi pro kontra setelah munculnya kritikan terhadap pameran yang digelar hall Terminal Tirtonadi, Solo, pekan lalu. Salah seorang pengusaha batik mengkritik pengelola terminal karena memfasilitasi pameran awul-awul yang dianggapnya “sampah” yan diimpor.

Menurut pengusaha bernama NR Kurna Sari itu, akan lebih baik jika pengelola Terminal Tirtonadi Solo menggelar pameran produk atau brand lokal. Komentar tersebut memicu pro dan kontra di kalangan masyarakat melalui media sosial. Ada yang setuju dengan kritikan Kurnia Sari, namun ada juga yang malah mengkritik balik pengusaha batik tulis itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya