SOLOPOS.COM - Pedagang onderdil Pasar Elpabes Solo (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO—Tiga orang pedagang onderdil di Pasar Elpabes, Banjarsari, Solo memprotes kebijakan pembagian kios yang dinilai tidak adil. Kios baru yang diterima tiga pedagang itu tidak sesuai harapan mereka karena ukuran kios sempit, berada di pojok pasar, dan jauh dari akses masuk pasar.

Protes tersebut disampaikan tiga pedagang yang merasa terzalimi kepada Lurah Pasar Elpabes, Eko Budi Santosa, Sabtu (11/1/2014) siang. Mereka menuntut kios jatahnya diganti dengan kios lain yang sesuai di lantai dasar. Bila kebijakan itu tidak dikabulkan, mereka meminta pembagian kios diulang karena pembagian kios dilakukan bukan dengan cara undian.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketiga pedagang itu terdiri atas Suparli, 63, Marwandi, 54, dan M. Thoha Simin, 50. Ketiga pedagang itu datang langsung ke kantor lurah pasar setempat. Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Elpabes, Jajuli, pun turut hadir menyaksikan apa yang menjadi tuntutan pedagang.

“Saya merasa dirugikan atas pembagian kios baru yang tidak adil. Saya tidak pernah diajak rembukan tentang pembagian kios. Tahu-tahu, saya dapat kunci kios. Setelah saya buka, ukuran kios tidak layak karena sempit. Untuk menaruh bronjong wadah onderdil saja tidak muat. Lokasinya pun dipojok pasar paling dalam dan jauh dari akses masuk pasar. Bagaimana dagangan kami bisa laku dengan kondisi kios seperti itu,” tegas Suparli saat ditemui Espos, Sabtu.

Suparli menilai ada permainan dalam pembagian kios karena tidak ada undian dalam pembagian kios. Menurut dia, pada rapat sebelumnya, sudah ada kesepakatan bahwa semua pedagang onderdil hanya mendapatkan satu kios di lantai dasar. Dia mengungkapkan kenyataannya kesepakatan itu tidak ditaati karena ada satu pedagang yang memiliki dua kios di lantai dasar. “Kami minta kios saya diganti dengan salah satu kios milik pedagang itu karena mereka tidak sesuai dengan aturan semula,” tukasnya.

Hal senada disampaikan Marwandi yang memiliki kios baru tepat di depan kios nomor 055 jatahnya Suparli. Kondisi kios Marwandi bernomor 054 itu hampir sama dengan kios Suparli. Marwandi meminta kepada lurah pasar supaya dilakukan pembagian ulang kios dengan cara diundi. “Dulu memang ada perwakilan pedagang, tapi perwakilan pedagang itu tidak memperjuangkan nasib pedagang,” imbuhnya.

Berbeda dengan M. Thoha Simin. Dia mengeluh karena kios onderdil jatahnya dijadikan satu dengan kios pakaian. Simin pun menuntut supaya lokasi kiosnya dipindah ke kios lain yang memiliki dagangan yang sama, yakni onderdil.

Menanggapi persoalan itu, Lurah Pasar Elpabes, Eko Budi Santosa, akan menyampaikan keluhan kepada Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Solo. Menurut dia, pembagian kios itu diserahkan kepada pedagang sendiri, sedangkan DPP hanya menyaksikan. Dia mengatakan sudah ada delapan kali pertemuan antara pedagang dan DPP dalam pembagian kios.

“Pedagang sudah membentuk tim 26 sebagai wakil dari blok-blok dagangan. Semula memang ada konsep zoning dagangan, tapi tidak diterima pedagang. Dalam beberapa pertemuan, pedagang sudah sepakat menempati kios-kios itu. Tapi, mengapa baru sekarang protes. Mestinya protesnya bukan ke kami, tetapi ke peguyuban pedagang,” tandasnya.

Namun, Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Elpabes, Jajuli, enggan berkomentar tentang persoalan pembagian kios. Semula Jajuli sempat menerangkan teknis pembagian kios. Namun, penjelasan dia menjadi off the record.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya