SOLOPOS.COM - KIOS DARURAT--Pedagang Pasar Cokro Kembang membenahi kios di pasar darurat di halaman Gedung Serbaguna Ngesti Dharma, Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Klaten, Selasa (21/6).

Klaten (Solopos.com) – Sebagian besar pedagang di Pasar Cokro Kembang, Tulung, Klaten, mengeluhkan kondisi pasar darurat yang tidak layak pakai. Mereka harus membenahi sendiri bangunan kios atau kapling yang berlokasi di halaman Gedung Serbaguna Ngesti Dharma, Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Klaten.

KIOS DARURAT--Pedagang Pasar Cokro Kembang membenahi kios di pasar darurat di halaman Gedung Serbaguna Ngesti Dharma, Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Klaten. (JIBI/SOLOPOS/Muhammad Khamdi)

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pedagang yang mendapat jatah menempati kios berukuran 2,5 meter X 4 meter pun banyak yang terpaksa membongkar bangunan kios darurat dari kayu dan bambu itu. Mereka lantas membangun ulang kios.
Biaya pembenahan kios itu menggunakan dana pribadi para pedagang. Rata-rata mereka mengeluarkan biaya Rp 500.000-Rp 2 juta.

“Kios di pasar darurat ini tidak mencukupi kebutuhan pedagang. Kami harus membenahi, sebagian bahkan membangun ulang, kios darurat yang disediakan pemerintah ini,” papar Jumanto, 57, pedagang soto, saat ditemui Espos, di pasar darurat, awal pekan ini. Menurut Jumanto, kios yang disediakan untuk pedagang di lokasi pasar darurat harus dibenahi dan diperbaiki. Keterbatasan jatah tempat di pasar darurat membuat para pedagang kerepotan menempatkan barang dagangan.

Jumanto mengatakan harus mengeluarkan dana Rp 500.000 untuk membeli seng, bambu, kayu, paku dan sebagainya untuk membenahi jatah kios daruratnya.
“Seharusnya pemerintah menyediakan pasar darurat yang nyaman dan layak ditempati. Tidak seperti ini. Kami harus meratakan sendiri lantai tanah dengan menggunakan pecahan genteng agar lebih nyaman,” tegasnya.

Keluhan senada dikemukakan pedagang perabot rumah tangga, Sularti, 70. Ia mengaku kesulitan menata barang dagangannya karena jatah kios darurat terlalu sempit. Untuk memperbaiki kios darurat tersebut, ia mengeluarkan biaya sekitar Rp 1 juta. “Saya harus menutup sendiri dinding kapling agar bisa menyimpan barang-barang dagangan supaya aman,” ujarnya.

Lurah Pasar Cokro Kembang, Antonius Suherman, mengatakan relokasi pedagang ke pasar darurat dimulai Minggu (20/6). Dari total 340 pedagang di Pasar Cokro Kembang, tidak bisa tertampung semua di pasar darurat yang hanya menyediakan 28 kios darurat. Para pedagang harus berbagi dengan pedagang lainnya dalam satu kapling kios.

“Kami mohon maaf kepada pedagang yang belum tertampung di pasar darurat. Hampir separuh pedagang terpaksa membangun kios darurat di luar pasar darurat. Biaya perbaikan kios menggunakan dana swadaya pedagang,” tegasnya.

m98

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya