SOLOPOS.COM - Seorang pedagang menunjukkan SE Bupati Sragen yang tertuang adanya imbauan kepada warga untuk tinggal di rumah selama Sabtu-Minggu (6-7/2/2021) di Pasar Bunder Sragen, Jumat (5/2/2021). (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Pedagang pasar tradisional di Sragen dilematis dengan munculnya Surat Edaran (SE) Bupati Sragen No. 360/055/038/2021 tertanggal 3 Februari 2021. Dalam SE tersebut seluruh elemen warga masayarakat diimbau di rumah saja selama Gerakan Jateng di Rumah Saja, Sabtu-Minggu (6-7/2/2021), sementara 47 pasar tradisional tetap diperbolehkan untuk buka.

Seorang pedagang gorden di Pasar Kota Sragen, Ratman Doyok, menjadi bingung dengan kebijakan Bupati Sragen. Dia mengatakan banyak pedagang di Pasar Kota yang bingung untuk menyikapi SE Bupati itu karena saling bertentangan. Dia mengatakan para petugas dari puskesmas berkeliling ke kampung-kampung untuk sosialisasi supaya tinggal di rumah saja selama Sabtu-Minggu itu tetapi di sisi lain pasar tetap boleh buka.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kalau pasar boleh buka tetapi warganya disuruh tinggal di rumah lalu yang beli dagangan di pasar siapa? Kami mengapresiasi kebijakan Bupati yang berani membuka pasar tetapi tetap mengimbau warga untuk tinggal di rumah ya otomatis pedagang tidak laku,” ujar Ratman saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (5/2/2021).

Baca Juga: Warga Masih Ngeyel, Satpol PP Karanganyar Bubarkan Hajatan dengan Suguhan Piring Terbang

Ratman menerima SE Bupati dari kecamatan pada Jumat pagi. Ratman mengatakan Sabtu dan Minggu itu selalu dinanti-nanti pedagang karena ramainya di dua hari itu. Di saat ramai-ramainya pembeli, kata dia, pemerintah justru mengimbau warganya untuk tinggal di rumah selama dua hari itu.

“Tidak ada imbauan di rumah saja sudah sepi. Apalagi ada imbauan di rumah saja. Pasar buka tetapi tidak ada pembeli ya percuma,” ujarnya.

Seorang pedagang mi ayam di Pasar Kota Sragen, Samsu, 52, juga bingung dan ragu-ragu untuk buka Sabtu besok. Dia mengatakan pedagang kuliner itu berbeda dengan pedagang pakaian karena barang dagangannya bisa basi sedangkan pakai tidak.

“Sekarang pasar dibuka tetapi status orang-orang supaya tinggal di rumah itu jadi repot. Lebih baik pasar ditutup dan disterilkan. Sekarang kondisi susah seperti ini ditambah dengan kebijakan seperti itu. Saya harus membuat sif bagi karyawan untuk masuk setiap dua hari sekali supaya hasilnya bisa cukup menggaji mereka karena memang betul-betul sepi,” ujarnya.

Pilih Tutup Toko

Samsu tidak mau berspekulasi. Ia berencana untuk tutup selama Sabtu-Minggu daripada berisiko tidak laku karena tidak ada pembeli yang masuk pasar. Untuk kepastiannya, Samsu akan berbicara dengan karyawanya.

Di Pasar Bunder Sragen pun muncul pertanyaan senada. Ketua Pengelola Pasar Bunder Sragen, Sugino, mendapat keluhan dari pedagang saat berkeliling pasar. “Ya, ada pedagang yang tanya. Hla Pak, sesok sing belanja enek pa gak? Hla jare warga kon berdiam diri na omah? [Hla Pak, besok yang belanja ada apa enggak? Hla katanya warga disuruh berdiam diri di rumah?” ujarnya.

Baca Juga: Warga di Semarang Berbondong-Bondong ke Pasar Jelang Jateng di Rumah Saja

Sugino sebagai lurah pasar berusaha untuk menjelaskan kepada pedagang bahwa intinya supaya bersabar karena rezeki itu sudah ada yang mengatur. “Diyem-yem. Awakne dewe niku ingkang penting usaha kalian donga. Pasrah dateng Gusti Allah. [Dinasihati. Kita itu yang penting usaha dan doa. Pasrah kepada Gusti Allah],” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya