SOLOPOS.COM - Menteri Perdagangan Gita Wiryawan. (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

(JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)
Menteri Perdagangan, Gita Wiryawan berdialog dengan para pedaGang seusai meresmikan Pasar Nongko, Solo, Selasa (16/4/2013). Pasar Nongko merupakan salah satu pasar tradisional yang telah selesai direnovasi.

Tangis Sri Mulyani, 33, pedagang daging ayam lantai II pecah saat bertemu dan berhadapan langsung dengan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan seusai acara peresmian dan peninjauan Pasar Nongko, Solo, Selasa (16/4). Bersama dengan pedagang los daging dan ikan lainnya, ia berusaha menuangkan segala keluh kesahnya menempati los tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Butuh waktu dan perjuangan ekstra untuk bertemu sang menteri. Bagaimana tidak, ia bersama pedagang turun dan bergegas berlari mengejar Gita yang saat itu terlihat tergesa-gesa meninggalkan Pasar Nongko.

Sekitar pukul 08.00 WIB rombongan Menteri Perdagangan tiba di Pasar Nongko. Gita didampingi Walikota Solo FX Hadi Rudyatmo langsung membuka gerai sebagai simbol peresmian Pasar Nongko. Gita kemudian berjalan menyusuri lorong pasar dan beberapa kali bercengkerama bersama pedagang di lantai dasar.

Suara riuh pedagang lantai II kala itu pecah. Mereka terus berteriak, “Pak Menteri, naik Pak.” “Pak Rudy, sini Pak,” timpal pedagang lain.

Namun Gita hanya melambaikan tangan dan tersenyum ramah. Gita kemudian bergegas meninggalkan pasar untuk melanjutkan kunjungan kerja ke Bekonang, Sukoharjo. Pedagang yang mengetahui langsung turun dan berlari mengejar Gita dan rombongan hingga ke parkiran mobil.

“Pak Menteri, sebentar Pak. Kami mau bicara,” ujar Sri kepada Gita.

Namun lantaran keterbatasan waktu, Gita pun hanya menyampaikan pesan kepada Walikota untuk segera mengurusnya. Ia bersama pedagang lain pun terpaksa menelan pil pahit. Usahanya bertemu dan menuangkan segala keluh kesahnya selama menempati lantai II pun kandas di tengah jalan.

“Kami hanya ingin menyampaikan kondisi pedagang lantai II. Padahal kami sudah menyiapkan segala sesuatunya sejak dua hari lalu,” ujar Sri sambil menyeka air matanya ketika dijumpai solopos.com.
Sri mengaku tak kuasa menahan tangis melihat kondisi pedagang di lantai II. Apalagi jika mengingat omzet dagangannya turun hingga 70% selama menempati lantai II.

“Saya tidak tahan kalau ingat semuanya. Ini berkaitan dengan kebutuhan rumah,” tukasnya.

Senada disampaikan pedagang daging ayam lain, Purwanti, 50. Diakuinya, kondisi tangga lantai II yang curam membuat pembeli enggan naik ke atas. Dia menuturkan sudah ada puluhan orang yang jatuh di tangga tersebut.

“Kami kecewa berat Pak Menteri tidak naik ke sini. Padahal saya sudah jawil-jawil tangan Pak Menteri. Saya siap kalau dipanggil Pak Menteri ke Jakarta, pakai duit sendiri,” ujarnya dengan nada menggebu-gebu.

Purwanti menuturkan mengalami kerugian hingga jutaan rupiah selama menempati los di lantai II. Biasanya, dia menambahkan mampu menjual 30 kilogram (kg) ayam per hari. Namun kini tidak lebih lima kg yang bisa terjual.

“Kami sudah rugi jualan, juga rugi minta bayar orang buat naikkan barang ke atas. Karena tangganya curam dan membahayakan,” ujarnya kesal.

Pedagang daging sapi, Lastri menyebutkan secara keseluruhan jumlah pedagang di lantai II ada sebayak 23 pedagang. Terbagi atas tiga pedagang daging sapi, tiga pedagang ikan laut, tiga pedagang bandeng dan sisanya pedagang daging ayam. “Omzet kami menurun 70%. Kami minta ada langkah serius dari pemerintah atas nasib kami,” harapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya