SOLOPOS.COM - Sejumlah pelajar mengobrol di sebuah warung es di Selter PKL Manahan, Solo, Rabu (17/11/2021). (Solopos/Chrisna Chanis Cara)

Solopos.com, SOLO — Kenaikan harga sejumlah komoditas pangan, termasuk minyak goreng, menjadi tantangan tersendiri bagi pedagang kuliner di Kota Solo. Mereka harus menambah anggaran belanja bahan pangan, namun tidak berani menaikkan harga jual dagangannya.

Melonjaknya harga minyak goreng dan beberapa komoditas lain beberapa waktu terakhir ini menjadi dilema para pelaku usaha kuliner. Sebab dengan naiknya harga barang-barang yang menjadi bahan baku pembuatan makanan yang dijual, biaya produksi meningkat.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Sedangkan untuk menaikkan harga jual dagangannya agar tak rugi, tidak semua pedagang bisa melakukannya. Ada beberapa pertimbangan salah satunya untuk menjaga agar pelanggan tidak lari.

Baca Juga: Harga Sembako Mahal Bikin Emak-Emak Soloraya Galau, Masak atau Beli?

Yono, pedagang tahu gimbal di kawasan Manahan, Solo, merasakan hal itu. Sejak Desember 2021 lalu, pedagang kuliner di Solo itu harus rela pendapatannya turun, meski barang dagangan laris terjual. Dengan meningkatnya harga sejumlah barang untuk pembuatan tahu gimbal, termasuk minyak goreng, ia memilih untuk tidak menaikkan harga tahu gimbalnya.

Sejak dua tahun lalu, harga satu porsi tahu gimbal yang ia jual masih tetap Rp14.000 per porsi. Padahal bukan hanya minyak goreng, harga telur, cabai dan kacang tanah juga sempat naik.

“Kalau dulu dalam sehari bisa dapat Rp600.000. Dari jumlah itu nanti untuk belanja lagi ya sekitar Rp350.000. Itu untuk beli telur, minyak, tahu, kubis, udang, kacang, dan sebagainya. Karena beberapa harga naik, biaya belanja bisa meningkat hingga Rp50.000. Jadi kalau dagangan tidak habis terjual ya untungnya mepet,” katanya, Rabu (5/1/2022).

Baca Juga: Nataru Sudah Lewat, Harga Minyak Goreng di Solo Belum Juga Turun

Harga Cabai dan Telur

Yono mengaku belum berani menaikkan harga per porsi tahu gimbalnya. Sebab pedagang kuliner di Manahan, Solo, itu khawatir jika harga barang dagangannya naik, pelanggan akan kabur. “Jadi ya kalau ada yang bilang di tempat lain harga [makanan] naik, ya biar lah, saya masih tetap,” lanjutnya.

Hal serupa juga dikatakan penjual makanan olahan ayam di Manahan, Surati. Setiap hari ia membutuhkan minyak untuk menggoreng ayam, nasi goreng, dan sebagainya. Mau tidak mau, ia harus belanja minyak goreng sesuai kebutuhannya walaupun harganya meningkat.

Baca Juga: Pakar Ekonomi: Simpang Siur PPKM Turut Pengaruhi Kenaikan Harga Pangan

“Dulu kalau yang curah itu Rp14.000/kg. Sekarang sekitar Rp19.000/kg. Ya yang jelas pengeluaran tambah banyak. Untung saja sekarang harga cabai sudah turun,” ujarnya.

Surati mengatakan harga cabai sebelumnya Rp67.000/kg sudah turun menjadi Rp45.000/kg. Telur dari Rp30.000/kg juga sudah turun menjadi sekitar Rp25.500/kg. Sama seperti Yono, Surati pun tak berani menaikkan harga menu makanan yang dijualnya. Ia tidak ingin mengecewakan pelanggan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya