SOLOPOS.COM - Ilustrasi/dok

Ilustrasi/dok

SLEMAN—Sejumlah pedagang barang bekas atau klithikan yang biasa berjualan di sekitar Pasar Cebongan, keberatan jika harus dilokalisasi. Mereka mengaku memilih mendatangi calon pembeli dibanding harus menunggu pembeli datang ke tempat mereka.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Selain menolak dilokalisasi, mereka juga keberatan jika nantinya harus membayar pajak atau retribusi bulanan. Sebab menurut para pedagang, berjualan barang bekas keuntungannya sedikit. Belum lagi jika barang dagangan tidak kunjung terjual.

Seorang pedagang klithikan, Dwi, 33, yang berjualan onderdil motor di Pasar Cebongan mengaku keberatan jika harus dilokalisasi. Dia mengaku lebih senang berjualan dan datang di tempat-tempat keramaian.

“Kalau harus dilokalisasi seperti di Pasar Pakuncen Kota Jogja, kami belum bersedia. Saya lebih memilih mendatangi calon pembeli saja setiap pasaran. Jika menunggu, malah bisa-bisa dagangan tidak laku,” kata Dwi saat ditemui di sela-sela menggelar dagangan onderdil motor di Pasar Cebongan, Rabu (20/2/2013).

Dwi menambahkan, setiap harinya dia selalu berjualan di tempat-tempat yang berbeda. Jika pasaran Legi dia berjualan di Pasar Gamping, Pon berjualan di Pasar Godean, Pahing dia berjualan di Pasar Sleman.

“Kalau dihitung-hitung, seminggu bisa jualannya di lima tempat yang berbeda. Kadang kalau bosan, saya berjualan ke Bantul atau Wates,” kata Dwi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya