SOLOPOS.COM - Aktivitas di Pasar Sayur Cepogo, Selasa (8/1/2013), mulai menggeliat. Pasar itu dibangun untuk mengakomodasi keberadaan pedagang sayur yang sebelumnya menempati pinggiran jalan depan Pasar Cepogo. (Oriza Vilosa/JIBI/SOLOPOS)


Aktivitas di Pasar Sayur Cepogo, Selasa (8/1/2013), mulai menggeliat. Pasar itu dibangun untuk mengakomodasi keberadaan pedagang sayur yang sebelumnya menempati pinggiran jalan depan Pasar Cepogo. (Oriza Vilosa/JIBI/SOLOPOS)

BOYOLALI–Sejumlah pedagang sayur di Pasar Cepogo, Boyolali mengeluhkan kesemrawutan sirkulasi kendaraan bongkar muat serta sempitnya lapak los jualan. Selain itu, aksi saling serobot lapak praktis terjadi antar pedagang akibat kondisi itu.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Salah satu pedagang sayur, Trimiyati, 50, warga Kejajar, Wonosobo, mengatakan rebutan lapak di los itu hampir setiap hari ditemuinya sejak pasar itu beroperasi pasca peresmian, Sabtu (29/12/2013).

“Rebutan saben hari. Dulu saat [petugas] survei katanya akan disediakan tempat sama tapi nyatanya sekarang jatahnya sempit,” ujarnya kepada Solopos.com, Selasa (8/1/2013).

Trimiyati yang mengaku telah berjualan sayur di Cepogo selama delapan itu terpaksa menerima keadaan.

“Saya tak enak kan orang dari luar daerah,” imbuhnya.

Pedagang lainnya, Yahmi, 38, warga Ringin, Sukabumi, Cepogo, mengatakan mestinya jatah lapak pedagang lebih luas. Dia merasa lebih kerepotan berdagang di lokasi itu dibanding berdagang di lokasi sebelumnya, yakni muka Pasar Cepogo atau di pinggiran jalan di sebelah selatan pasar sayur tersebut.

“Merugikan, merepotkan. Dagangan banyak yang rusak karena sistem bongkar muat seperti ini. Secara penurunan omzet kami belum perhitungkan tapi pelanggan kami dirugikan secara kualitas sayur serta ketepatan waktu pengiriman, jelas telat,” tandasnya kepada wartawan.

Pengiriman sayur ke pelanggan, lanjut dia, sering telat lantaran kendaraan pengangkut sering tak lancar berlalu lalang di pasar sayur itu. Dia berharap terjalin koordinasi untuk mendapat solusi bersama pedagang lainnya.

“Harapannya sedikit banyak disamakan dengan saat di lokasi berjualan sebelumnya, mestinya surveinya dulu,” tukas Yahmi.

Di lokasi sama, Kabid Pengeloaan dan Pengembangan Pasar pada Dinas Pasar Boyolali, Bambang Subagyo, menyatakan berupaya mencari jalan tengah mengatasi masalah itu. Dia merasa telah mengakomodasi semua pedagang di lokasi sebelumnya ke pasar sayur baru itu. Subagyo menjelaskan disediakan 4,5 m2 untuk masing-masing pedagang sayur yang mengantongi surat izin dasar tetap (SIDT).

“Pedagang SIDT ada 60 orang. Makanya, [pedagang di lokasi itu] bisa maju asal tak mengganggu sirkulasi kendaraan bongkar muat [menggunakan sebagaian dasar pasar paving block], ada toleransi lah,” ujarnya kepada wartawan.

Sementara, lanjut dia, juga telah terisi 17 kios di antara total 25 kios yang tersedia. Dia pun mengakui adanya pedagang yang tak kebagian lapak. Mereka menempati lokasi oprokan.

“Yang oprokan lebih dari 70 pedagang, ini sulit karena kadang-kadang petani juga jual sayuran di sini,” imbuhnya.

Sejumlah anggota DPRD Boyolali, saat itu, turut meninjau kondisi pasar.“Ini perlu ditata,” ujar Wakil Ketua DPRD Boyolali, Sujadi kepada wartawan di sela-sela kunjungannya di pasar tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya