SOLOPOS.COM - Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka membatik di Festival Laweyan 2022, Sabtu (1/10/2022). (Solopos.com/Afifa Enggar Wulandari)

Solopos.com, SOLO—Kelurahan Laweyan, Kecamatan Laweyan, Solo, memperoleh penghargaan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri), Minggu (2/10/2022).

Kegiatan Nyawiji Kunokini, yang digelar pada Minggu malam di kelurahan tersebut, sukses memecahkan rekor sebagai peragaan busana batik pertama yang diiringi nyanyian dan tarian etnik.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Peragaan busana batik bertajuk Nyawiji Kunokini merupakan salah satu rangkaian acara dalam Festival Laweyan 2022, yang digelar mulai Sabtu (1/10/2022) hingga Minggu (2/10/2022).

Peragaan busana tersebut digelar di sebuah panggung yang berada di Kampung Batik Laweyan, tepatnya di halaman belakang Hotel Solia Zigna.

Acara tersebut berlangsung meriah, dengan menampilkan busana batik dari Laweyan yang diiringi tarian dan musik etnik.

Busana batik yang ditampilkan pun beragam mulai busana remaja, dewasa hingga anak-anak. Ada lebih dari 100 busana yang ditampilkan.

Acara itu pun sukses memecahkan rekor sebagai peragaan busana batik pertama yang diiringi nyanyian dan tarian etnik. Piagam pecah rekor tersebut diserahkan oleh perwakilan Muri pusat, Widya.

Dalam sambutannya, Widya, mengatakan hingga saat ini Muri telah mencatat lebih dari 1.000 rekor, yang selalu memberikan inspirasi, menggugah semangat juang putra-putri Indonesia untuk terus menumbuhkan karsa dan karya terbaiknya.

Untuk Kelurahan Laweyan, menurutnya sudah tercatat tiga kali mencetak rekor.

“Ini adalah catatan rekor yang ketiga, sebab sebelumnya sudah pernah. Pertama adalah Kampung Batik Laweyan merupakan kampung batik sebagai tempat pariwisata internasional pada, 12 Mei 2008. Kedua memprakarsai peragaan busana muslimah batik terbanyak, September 2018. Kemudian malam ini memprakarsai catatan rekor peragaan busana batik pertama yang diiringi oleh nyanyian dan tarian etnik,” kata dia.

Menurut dia, kegiatan peragaan busana batik Nyawiji Kunokini dalam rangka Festival Laweyan 2022 tersebut merupakan kegiatan yang luar biasa, dengan melibatkan sekitar 150 peraga busana, delapan penari, satu dalang pembuka dan 10 musikus etnik.

“Ini bukti nyata masyarakat Laweyan nguri-uri budaya, supaya terus lestari, tumbuh dan berkembang. Mewakili ketua umum Muri, kami apresiasi kegiatan hari ini. Kegiatan ini resmi tercatat di Musuum Rekor Dunia Indonesia. Kami berikan piagam kepada Kelurahan Laweyan, LPMK Kelurahan Laweyan dan ketua Panitia Festival Laweyan 2022,” kata dia.

Sementara itu Lurah Laweyan, Agus Wahyu Purnomo Anwar, berharap dengan pemecahan rekor Muri tersebut diharapkan bisa memberikan dampak positif untuk Kelurahan Laweyan. Terlebih dalam hal pariwisata dan bisnis di Kampung Batik Laweyan.

“Kita tahu sudah dua tahun mengalami pandemi. Ini sangat berpengaruh kepada kegiatan wisata terutama kami sebagai Kampung Batik Laweyan, sangat merasakan dampak tersebut. Kami berharap itu [rekor Muri] sebagai trigger, kepada masyarakat luas bahwa kami sudah siap menerima wisatawan kembali. Saat ini sudah bisa berkunjung ke destinasi-destinasi wisata yang ada di Kelurahan Laweyan,” kata dia saat dihubungi, Senin (3/10/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya